28 July 2011

MENJELANG RAMADHAN AL-MUBARAK UJUD KEINSAFAN MENDADAK


Bukan rahasia lagi, bahwa sebahagian besar ummat Islam mengalami perubahan penampilan bila sudah memasuki bulan penuh rahmat dan berkah Ilahi. Yang jarang muncul di masjid, tiba-tiba kita jumpai datang sholat ke masjid. Yang jarang membuka mushaf Al-Qur’an, sekonyong-konyong rajin tilawah. Muslimah yang tidak pernah menutup auratnya, mendadak tampil ber-jilbab. Subhaanallah dan Alhamdulillah.

Bahkan mereka yang biasa berbuat maksiat juga ”terpaksa” mengurangi perilaku tercelanya. Bukan karena ia sadar, tapi karena ada semacam keharusan untuk merahasiakan kemungkarannya. Ada kesungkanan untuk secara vulgar meneruskan dosanya. Sebut saja ada sejenis ”solidaritas” yang perlu ia tunjukkan di muka umum karena berada di dalam bulan suci. Ada semacam ketidak-leluasaan untuk meneruskan kemaksiatannya dibandingkan bila berada di bulan-bulan selain Ramadhan. Sungguh, bagi para penggemar kemaksiatan bulan Ramadhan merupakan bulan penuh siksaan batin dan penderitaan lahir. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Benarlah apa yang diucapkan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam haditsnya berikut ini.

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ

Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-2 Neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-2 surga dibuka dan tak satupun yang ditutup dan ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” (HR Tirmidzi

Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa keadaan dunia dewasa ini tidaklah sama dengan keadaannya di masa lalu. Sebut saja sepuluh, limapuluh apalagi seratus atau dua ratus tahun yang lalu. Hanya dalam beberapa tahun belakangan ini, secara cepat dunia telah mengalami penuaan mendadak. Dunia sudah tua renta. Ibarat seorang manula (manusia usia lanjut), dunia sudah berjalan membungkuk dengan menggunakan tongkat, rambutnya sudah banyak yang memutih beruban. Memang, semenjak limabelas abad yang lalu sewaktu diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ke muka bumi, dunia segera memasuki era Akhir Zaman. Mengapa? Karena Nabi Akhir Zaman telah diutus oleh Allah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam merupakan penutup rangkaian para Nabi utusan Allah yang diperuntukkan bagi penutup para ummat. Beliau merupakan Nabi Akhir Zaman untuk kita, Ummat Akhir Zaman.

Dalam sebuah hadits panjang riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan ringkasan perjalanan sejarah Ummat Islam yang hidup di Akhir Zaman. Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa bakal ada lima babak yang dilalui dalam sejarah ummat Islam di Akhir Zaman. Dari kelima babak tersebut kita telah menyaksikan tiga babak berlalu. Dan dewasa ini kita sedang menjalani babak keempat. Tinggal satu babak terakhir yang perlu disongsong kedatangannya.

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Akan berlangsung babak (1) An-Nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung babak (2) kekhalifahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung babak (3) kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung babak (4) pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali babak (5) kekhalifahan menurut sistim kenabian. Kemudian beliau diam”.(HR Ahmad 17680)

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ

لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (MUSLIM - 4822)

Bila kita ikuti berbagai perkembangan situasi niscaya begitu banyak contoh nyata di sekitar kita yang membenarkan bahwa kita sekarang berada dalam babak paling kelam dalam sejarah Islam. Kaum muslimin banyak yang meniru pola hidup kaum Yahudi-Nasrani. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh dunia dewasa ini berkiblat kepada kepemimpinan dunia yang berperadaban Yahudi-Nasrani. Kebanyakan pemimpin negeri muslim mengekor kepada mereka. Bahkan sistem hukum dan kemasyarakatanpun menjiplak sistem mereka. Apalagi di bidang budaya dan hiburan praktis kaum muslimin menikmati produk mereka sepenuhnya. Padahal Allah memperingatkan akibat yang bakal timbul jika tingkah mengikuti mereka dilestarikan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51)

Setidaknya ada dua akibat yang Allah ancam akan menimpa kaum muslimin jika menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi role-model (kiblat kepemimpinan). Pertama, Allah katakan ”Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” Artinya, Allah tidak pandang lagi kita sebagai ummat Islam, melainkan menjadi bagian dari mereka (Yahudi dan Nasrani). Dan kedua, Allah memandang kita sebagai orang-orang yang zalim yang tidak layak memperoleh petunjuk-Nya.

Jika kedua akibat tersebut telah menjadi kenyataan, maka tidak mengherankan bilamana jumlah besar penduduk muslim di berbagai penjuru dunia tidak membawa serta pengaruh signifikan ajaran Islam yang dianutnya. Di samping itu kita menjadi faham mengapa dengan mudahnya kaum muslimin rela menanggalkan ideologi Islam dan menerima ideologi asing yang ditawarkan kaum Yahudi-Nasrani. Sebab mereka lebih tertarik mengikuti petunjuk kaum Yahudi-Nasrani daripada petunjuk Allah dalam menata kehidupan pribadi maupun kolektif.

Saudaraku, marilah kita bertekad menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai turning point (titik balik) agar kaum muslimin menelusuri kembali jatidirinya yang sejati. Marilah kita melaksanakan shaum (berpuasa) dalam arti sebenarnya. Kita menahan diri dari godaan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang menindas/memaksakan kehendak alias para diktator). Marilah kita bersabar dalam beriman dan berislam di era paling kelam dalam sejarah Islam ini. Memang tidak mudah, tapi percayalah, hanya dengan berpegang kepada jatidiri Iman dan Islam yang diperintahkan Allah-lah kita bakal sanggup menyambut datangnya babak kelima, yakni tegaknya babak (5) kekhalifahan menurut manhaj (sistim) kenabian.

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139)

Saudaraku, marilah kita mengembangkan mentalitas pemenang walaupun dalam realitanya kemenangan itu belum kita raih. Daripada mengembangkan mentalitas pecundang demi terpenuhinya mimpi seolah-olah sudah meraih kemenangan... Hasbun-Allahu wa ni’mal Wakiil. Ni’mal Maula wa ni’man Nashiir.

Sumber: Catatan Yusuf Mansur Network

No comments:

Post a Comment