06 October 2013

ANTARA ILMU DAN HARTA DAN BURUKNYA ISTIDRAJ


Apa yang YB Ustaz Idris Ahmad kata  tentang kebaikan ilmu berbanding harta. Ilmu bila jarang diguna dan diulangkaji akan hilang sedikit-sedikit .Ilmu pula bila selalu digunakan diwar-warkan dipesan dan diajarkan maka ilmu orang itu akan bertambah dan menguatkan iman lagi malah ilmu akan terus melekat di hati dan menjadi amalan. Jika dibandingkan dengan harta, bila digunakan selalu sudah tentu akan berkurang contohnya tanah si A ada 1,000 ekar bila di turunkan pada 5 orang anak 100 ekar seorang maka tanahnya akan tinggal 500 ekar dan bila turun ke cucu dan seterusnya akan berkuranglah harta dalam bentuk tanahnya.
Ilmu juga sebagai pengawal. Seorang yang memegang amanah wang syarikat berjuta banyaknya dengan ilmu yang dipelajari dan diamalkan maka nafsunya atau fikirannya akan dikawal oleh ilmunya supaya tidak melakukan kerja yang tidak baik tersebut.Manakala harta tidak boleh mengawal kita tapi kita yang perlu mengawal harta. Samada simpan harta dalam peti besi, bank atau bank luarnegara.Itupun belum tentu selamat dari perompak.

Istidraj
"Maka tatkala mereka melupakan (mengabaikan) peringatan (agama) yang disampaikan kepada mereka, Kami (Allah) bukakan segala pintu untuk mereka, sampai mereka gembira dengan apa yang diberi itu, baru Kami melakukan siksaan kepada mereka dengan sekonyong-konyong, maka saat itu mereka berputus asa (panik)." (QS. Al-An'am VI: 44).

Menurut Imam Ahmad (Hambali), dalam suatu hadist yang berasal dari Uqbah bin Amir, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
"Apabila engkau melihat seorang hamba diberi Allah apa yang diingininya dari dunia ini, pada saat ia selalu mendurhakaiNya, maka sesungguhnya yang demikian itu adalah istidraj."

Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan ayat (Al-An'am 44) itu.
Dalam hadist ini jelas sekali bahwa seorang hamba (manusia) yang dibukakan Allah pintu dunia padanya dalam berbagai bentuk dan keadaan, sedang dia selalu bersikap durhaka kepada Allah, berupa tidak mengindahkan syariat Allah, tidak mengerjakan perintah dan tidak menjauhi larangan, maka orang itu berada dalam istidraj dan dia akan menghadapi 5 fase dalam hidupnya menurut kandungan ayat 44 surat Al-An'am itu.
Oleh karena dalam kehidupan modern ini banyak sekali hal itu terjadi maka baiklah kita gali dan selidiki masalah ini untuk menjadi pegangan hidup dan semoga kita terjauh dari bahayanya.
Apakah dia istidraj itu?

Ianya adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang mana pemberian itu tidak diredhaiNya dan kejadian luar biasa yang diberikan kepada orang fasik yang mengaku sebagai wakil Tuhan dengan mengemukakan berbagai dalil untuk menguatkan kebohongannya.

Al Istidraj mempunyai beberapa nama atau istilah yang berbagai:

1. Adakalanya seseorang dikabulkan segala permintaannya agar ia makin bertambah ingkar dan sesat, tetapi pada akhirnya ia akan dimatikan dalam keadaan kafir.
Hal itu seperti yang disebutkan dalam firman Allah: “Nanti Kami akan menarik mereka dengan beransur-ansur (ke arah kebinasaan ) dengan cara yang tidak mereka ketahui”. (Al-Qalam :44)

2. Makar:
Dalam Al Qur’an disebutkan: “Maka tidak ada yang terhindar dari tipu daya Allah kecuali orang yang rugi”. (Al-‘Araf: 99)

Allah berfirman: “Dan mereka berbuat tipu daya, maka Allah membalas mereka dengan tipu daya yang serupa dan Dia sebaik-baik yang membuat balasan” (Ali ‘Imran: 54)

3. Al Kaid artinya tipu daya:
Dalam firman Allah disebutkan: “Mereka berusaha menipu Allah, padahal Allah yang menipu mereka” (An-Nisaa’:142)
Allah berfirman: “Mereka akan menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, tetapi mereka tidak merasakannya”. (Al-Baqarah: 9)

4. Imla’ mempunyai arti memberi tangguh:
Firman Allah: “Dan janganlah orang-orang kafir itu mengira bahawa pemberian tangguh bagi mereka itu memberi kebaikan bagi mereka, tetapi hal itu terjadi agar mereka makin bertambah dosa-dosanya” (Ali ‘Imran: 178)

5. Al Ihlak mempunyai arti kebinasaan:
Allah berfirman: “Sampai ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, maka Kami siksa mereka dengan cara yang mendadak” (Al-‘Anaam: 44)
Allah berfirman: “Firaun dan bala tentaranya menyombongkan diri di permukaan bumi tanpa alasan yang dibenarkan, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan kembali kepada Kami, maka Kami menyiksanya dan bala tentaranya, kemudian Kami menenggelamkan mereka di dalam laut” (Al-Qisas: 33)

Rasullulah s.a.w. bersabda :"Apabila kamu melihat bahawa Allah Taala memberikan nikmat kepada hambanya yang selalu membuat maksiat (durhaka), ketahuilah bahawa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT." (Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi)

Tetapi bagaimana dengan ada orang yang sembahyang 5 waktu sehari semalam, bangun tengah malam bertahajjud, puasa bukan di bulan Ramadhan sahaja, bahkan Isnin, Khamis dan puasa sunat yang lain. Tapi, hidup mereka biasa sahaja. Ada yang susah juga. Kenapa? Dan bagaimana pula orang yang seumur hidup tak sembahyang, puasa pun tak pernah, rumahnya tersergam indah, kereta mewah menjalar, duit banyak,dia boleh hidup kaya dan mewah. Bila kita tanya, apa kamu takut mati? Katanya, alah, orang lain pun mati juga, kalau masuk neraka, ramai-ramai. Tak kisahlah!

Sombongnya mereka, takburnya mereka. Rasullulah s.a.w. naik ke langit bertemu Allah pun tak sombong, Nabi Sulaiman, sebesar-besar pangkatnya sehinggakan semua makhluk di muka bumi tunduk di bawah perintahnya pun tak sombong! Secantik-cantik Nabi Yusof dan semerdu suara Nabi Daud, mereka tak sombong. Bila sampai masa dan ketikanya, mereka tunduk dan sujud menyembah Allah.

Manusia istidraj - Manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat maksiat, dia merasa Allah menyayanginya. Mereka memandang hina kepada orang yang beramal. "Dia tu siang malam ke masjid, basikal pun tak mampu beli, sedangkan aku ke kelab malam pun dengan kereta mewah. Tak payah beribadat pun, rezeki datang mencurah-curah. Kalau dia tu sikit ibadat tentu boleh kaya macam aku, katanya sombong." Sebenarnya, kadang-kadang Allah memberikan nikmat yang banyak dengan tujuan untuk menghancurkannya.

Rasullulah s.a.w bersabda: "Apabila Allah menghendaki untuk membinasakan semut, Allah terbangkan semua itu dengan dua sayapnya" (Kitab Nasaibul Ibad) Anai-anai, jika tidak bersayap, maka dia akan duduk diam di bawah batu atau merayap di celah-celah daun, tetapi jika Allah hendak membinasakannya, Allah berikan dia sayap. Lalu, bila sudah bersayap, anai-anai pun menjadi kelkatu. Kelkatu, bila mendapat nikmat(sayap), dia akan cuba melawan api. Begitu juga manusia, bila mendapat nikmat, cuba hendak melawan Allah swt.

Buktinya, Firaun. Nikmatnya tak terkira, tidak pernah sakit, bersin pun tidak pernah kerana Allah berikannya nikmat kesihatan. Orang lain selalu sakit, tapi Firaun tidak, orang lain mati, namun dia masih belum mati-mati juga, sampai rasa angkuh dan besar diri lantas mengaku dirinya tuhan. Tapi dengan nikmat itulah Allah binasakan dia.

Namrud, yang cuba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud? Dia begitu sombong dengan Allah, akhirnya menemui ajalnya hanya disebabkan seekor nyamuk masuk ke dalam lubang hidungnya. Tidak ada manusia hari ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya sahaja kena dibawa oleh 40 ekor unta. Akhirnya dia ditenggelamkan bersama-sama hartanya sekali akibat terlalu takbur. Jadi kalau kita kaya, jangan sangka Allah sayang, Qarun lagi kaya, akhirnya binasa juga. Jadi, jika kita kaji dan fikir betul-betul, maka terjawablah segala keraguan yang mengganggu fikiran kita.

Mengapa orang kafir kaya, dan orang yang berbuat maksiat hidup senang dan mewah. Pemberian yang diberikan oleh Allah pada mereka bukanlah yang diredhaiNya. Rupa-rupanya ianya adalah bertujuan untuk menghancurkannya. Untuk apa hidup ini tanpa keredhaanNya? Tetapi jangan pula ada orang kaya beribadat, masuk masjid dengan kereta mewah kita katakan itu istidraj. Orang naik pangkat, istidraj. Orang-orang besar, istidraj. Jangan! Orang yang mengunakan nikmatnya untuk kebajikan untuk mengabdi kepada Allah bukan istidraj. Dan jangan pula kita tidak mahu kekayaan. Kalau hendak selamat, hidup kita mesti ada pegangan. Bukan kaya yang kita cari, juga bukan miskin yang kita cari.

Tujuan hidup kita adalah mencari keredaan Allah. Bagaimana cara untuk menentukan nikmat yang diredhai Allah? Seseorang itu dapat menyedari hakikat yang sebenarnya tentang nikmat yang diterimanya itu ialah apabila dia bersyukur nikmatnya. Dia akan mengunakan pemberian ke jalan kebaikan dan sentiasa redha dan ikhlas mengabdikan diri kepada Allah. Maka segala limpah kurnia yang diperolehi itu adalah nikmat pemberian yang diredhai Allah. Bila tujuan hidup kita untuk mencari keredhaan Allah, niscaya selamatlah kita di dunia dan akhirat.ihsan panduanasasislam

No comments:

Post a Comment