12 June 2013

CIRI MANUSIA BERTAQWA !

Apa itu TAQWA
Taqwa
Mengikut Imam al-Ghazali rahimahullah, kalimah taqwa yang terdapat di dalam al-Quran al-Karim membawa tiga makna: .

~ Pertama, bermakna takut, gerun atau ngeri (haybah). Antara firman Allah Taala yang tersisip kalimah takwa yang membawa makna tersebut ialah: Dan bertakwalah (takutilah) suatu hari yang kamu akan dikembalikan kepad...a Allah. (2 : 281)

~ Kedua, bermakna taat. Contohnya seperti yang terdapat dalam firman Allah yang maksudnya: Hai sekalian orang yang beriman, bertakwalah (taatlah) kepada Allah dengan sebanr-benar takwa (taat). (3 : 102)

~ Ketiga, mengandungi maksud, menyucikan hati daripada dosa. Contohnya dalam firman Allah yang mafhumnya: Dan sesiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang beroleh kemenangan. (24 : 52)

Kalimah "bertakwa" dalam ayat terakhir di atas bukan lagi bermakna taat atau takut, kerana kalimah-kalimah "taat" dan "takut" telah disebutkan sebelumnya. dalam ayat di atas. Jadi "bertakwa" dalam ayat di atas bermaksud, menyucikan hati daripada dosa. Makna yang ketiga inilah merupakan takrif kepada istilah takwa. Mengikut para ulamak: "Takwa itu ialah menyucikan hati daripada dosa, sehingga menguatkan azam untuk meninggalkan dosa dan seterusnya memelihara diri daripada segala maksiat".

Imam al-Ghazali membuat kesimpulan : Bahawa takwa itu ialah menjauhkan setiap apa yang ditakuti akan membawa mudharat kepada agama. Bandingannya ialah berpantang bagi orang yang mengidapi penyakit. Adapun berpantang daripada melakukan perkara-perkara yang membawa kerosakan kepada agama pula ialah "bertakwa".

"Taqwa ialah ketundukan dan ketaatan terhadap perintah Allah dan menjauhi segala apa yang ditegahNya."
Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata taqwa, tetapi kita sebagai muslim belum memahami dan mengerti apalagi memaknai taqwa dalam kehidupan kita yang singkat ini. Sangat bersyukur sekali kita semua dikaruniakan hadiah terindah dalam hidup kita yakni hidayah islam dan selalu berdoa untuk setia hingga akhir dalam pelukan hidayah Islam.
Seiring dengan krisis yang datang silih berganti, ibarat kata keimanan dan ketaqwaan kita diuji dengan berbagai cobaan hidup baik itu kemiskinan, kemelaratan, sulitnya mencari pekerjaan, meningkatnya keperluan hidup dan banyak hal lainnya yang menuntut kesabaran dan keihlasan hati kita untuk tetap setia berdzikir mengingat kebesaran dan karunia Allah SWT. Cobaan yang datang bukan saja menguji hakikat hati dan kadar keimanan tetapi menguji ketulusan dan keredhaan kita akan menerima dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Banyak Saudara kita yang tergelincir imannya dan menukar dengan hanya keperluan pokok, popularitis dan hal lainnya yang sering dilakukan pihak-pihak yang membenci ISLAM. Mari kita bersama memperkuat tali silaturrahim diantara kita dan memperkokoh iman kita agar terhindar dari hal-hal yang merosak dan menukar hidup kita dengan kemurkaan dari azab dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini proses penguatan iman dan taqwa kita selalu kuat dan tidak goyah dari keimanan lain yang sesat dan menyesatkan. Amin ya Rabbal Alamien.

Islam dengan ajarannya yang indah mengajar bahwa perbezaan hakiki manusia tidak berada pada kedudukan, jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibezakan dengan kadar dan nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam terletak pada sejauh mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk mendekat pada Tuhannya. Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh nilai dan kadar taqwanya yang bergolak dalam dadanya. (QS. Al-Hujurat: 13) Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudhari disebutkan, Hendaknya kamu bertaqwa sebab ia adalah kumpulan segala kebaikan, dan hendaknya engkau berjihad karena ia sikap kependitaan seorang muslim, dan hendaknya engkau selalu berdzikir menyebut nama Allah karena dia cahaya bagimu (HR. Ibnu Dharis dari Abu Said Al-Khudhari).


Definisi Taqwa

Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan sikap tunduk kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.


Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu melakukan kebaikan. Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.


Saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”


Demikian banyak ayat Al-Qur`an yang menyerukan kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita lakukan. Lihat umpamanya (QS. Al-Ahzab : 70) dan (QS. At-Taubah : 119).
Dalam hadits juga sangat banyak seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi mutiara batin kita. Seperti sabda Rasulullah, :


“Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).

Ciri Manusia Taqwa

Seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri. Dia seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan, beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa nafsu yang menggelincirkan dari shiratal mustaqim. Itulah diantara ciri-ciri sosok manusia taqwa itu.


Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan saran-sarana. Dia harus merasa selalu berada dalam pengawasan Allah, memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada Allah. Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku para salafus saleh, memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuannya sebab hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut kepada Allah (QS. Fathir: 28). Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu berteman dengan orang-orang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan kotor. Sahabat yang baik laksana penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari).
Membaca Al-Qur`an dengan penuh perenungan dan mengambil ‘ibrah juga merupakan sarana yang tak kalah pentingnya untuk mendaki tangga-tangga menuju puncak taqwa. Instrospeksi, menghayati keagungan Allah, berdoa dengan khusyu’ adalah sarana lain yang bisa mengantarkan kita ke gerbang taqwa. Pakaian dan makanan kita yang halal dan thayyib serta membunuh angan yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang akan membawa kita menuju singgasana taqwa.

Buah Taqwa

Manusia dengan ciri dan karakterisrik di atas akan memetik buah ranum dan manisnya taqwa. Bukan hanya individual sifatnya namun masyarakat juga akan menikmatinya.
Manusia taqwa akan mendapatkan mahabbah Allah (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, (QS. At-Taubah: 4), Allah akan selalu bersama langkah dan pikirnya (Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. An-Nahl; 128), mendapat manfaat dari apa yang dibaca di dalam Al-Qur`an (QS. Al-Baqarah; 2), lepas dari gangguan syetan –“sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah maka seketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf: 35), diterima amal-amalnya (QS. Al-Maidah: 27), mendapatkan kemudahan setelah kesulitan dan mendapat jalan keluar setelah kesempitan (QS. Ath-Thalaq: 2 dan 4)

.
Manusia taqwa akan memiliki firasat yang tajam, mata hati yang peka dan sensitif sehingga dengan mudah mampu membedakan mana yang hak dan mana pula yang batil.
(QS. Al-Anfaal : 29). Mata hati manusia taqwa adalah mata hati yang bersih yang tidak terkotori dosa-dosa dan maksiat, karenanya akan gampang baginya untuk masuk surga yang memiliki luas seluas langit dan bumi yang Allah peruntukkan untuk orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133 dan Al-Baqarah: 211).


Taqwa yang terhimpun dalam individu-individu ini akan melahirkan keamanan dalam masyarakat. Masyarakat akan merasa tenteram dengan kehadiran mereka. Sebaliknya pupusnya taqwa akan menimbulkan sisi negatif yang demikian parah dan melelahkan. Umat ini akan lemah dan selalu dilemahkan, akan menyebar penyakit moral dan penyakit hati. Kezhaliman akan merajalela, adzab akan banyak menimpa. Masyarakat akan terampas rasa aman dan kenikmatan hidupnya. Masyarakat akan terenggut keadilannya, masyarakat akan hilang hak-haknya.
Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran individu, sosial, politik, budaya, ekonomi- maka akan lahir pula keamanan dan ketenteraman, akan semakin marak keadilan, akan semakin menyebar kedamaian. Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki kepekaaan Ilahi yang memantulkan sifat-sifat Rabbani dan insani pada dirinya.



Wafat saat sujud di Masjidil Nabawi

Sungguh Allah SWT telah memberikan karunia terindah atas umat muslim yang beriman dan bertaqwa hanya kepada NYA.

Akankah kita seperti hamba Allah lainnya menghadap kepadaNya dengan kebanggan dan tingkat taqwa setinggi-tinggi untuk menemui Dzat Yang Maha Agung Allah SWT. Smoga kita termasuk ke dalam golongan orang beriman dan mendapat SyafaatNya di hari Pembalasan. Amin.
Dicatat oleh Masjid Al-Amin

No comments:

Post a Comment