APA ITU CCTV?
• CCTV adalah surveillance camera system atau kamera pengawas, yang terdiri dari kamera dan system DVR (Digital Video Recording)
• Antara kegunaan CCTV adalah untuk mengawasi dan merakam segala bentuk kejadian dalam suatu area / lokasi
• CCTV dapat digunakan sebagai “pengawal” / alarm pengaman disesebuah area / lokasi
• Apakah tindakan anda jika segala kelakuan, perbuatan , percakapan, pergerakan anda diperhatikan dan dirakam?
MASTIKA HADIS
“Sesungguhnya Allah telah menugaskan dua malaikat untuk menulis segala apa yang dilakukan atau dituturkan oleh seseorang hambanya (satu di sebelah kanannya dan yang satu lagi di sebelah kirinya); kemudian apabila orang itu mati…maka Tuhan perintahkan kedua malaikat itu dengan firmannya: ‘Hendaklah kamu berdua tinggal tetap di kubur hambaku itu serta hendaklah kamu mengucap tasbih, tahmid dan takbir hingga ke hari qiamat, dan hendaklah kamu menulis pahalanya untuk hambaku itu.’”
BERIMAN KEPADA MALAIKAT
• Merupakan salah satu daripada rukun Iman.
• Malaikat merupakan makhluk Allah yang dijadikan daripada cahaya(nur) dan sentiasa melaksanakan perintah Allah swt.
FIRMAN ALLAH SWT
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ . إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
ERTINYA..
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
(Iaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
رقيب عتيد
• Raqib dan ‘Atid adalah dua sifat kepada dua malaikat pencatit amalan. Ini bermaksud malaikat yang berada di sebelah kanan dialah juga yang bersifat Raqib dan dialah juga yang bersifat ‘Atid, demikianlah malaikat yang berada di sebelah kiri dialah juga yang bersifat dengan sifat Raqib dan juga ‘Atid.
PENGERTIAN RAQIB ATID
Raqib: adalah yang memerhatikan semua urusan (seseorang insan), yang memelihara, yang menyaksikan,
Atid: Dia yang hadir dan tidak menghilangkan diri, yang disediakan untuk memelihara, sama ada untuk memelihara atau untuk menyaksikan.
IMPLIKASI..
• Akan menjadi seorang yang produktif - tahu tujuan dan matlamat hidup.
• Menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi - menjalani kehidupan ini tanpa mendatangkan mudharat kepada manusia lain atau kepada persekitarannya.
• Menjadi seorang yang bertanggungjawab – percaya bahawa setiap orang akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya atas tindakannya di akhirat nanti.
• Ibadat akan menjadi lebih sempurna.
• Sentiasa berusaha meningkatkan amal ibadat.
KESIMPULAN
Setiap orang Islam wajib meyakini bahawa segala perbuatannya akan dicatat oleh Malaikat dan akan dihisab pada hari akhirat.
Jika di dunia kita berasa takut melakukan kesalahan kerana ada CCTV maka sepatutnya kita lebih takut untuk bermaksiat kepada Allah kerana malaikat pencatit amalan lebih hebat daripada CCTV.
Malaikat yang diutuskan untuk mencatit amalan manusia tidak pernah lalai dalam menunaikan tanggungjawab.
28 November 2012
27 November 2012
LARANGAN JUAL-BELI & MELUDAH DALAM MASJID !
Jangan Jual Beli & Meludah Di Dalam Masjid
Dari Anas bin Malik -radhiallahu anhu- dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي الْقِبْلَةِ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ حَتَّى رُئِيَ فِي وَجْهِهِ فَقَامَ فَحَكَّهُ بِيَدِهِ فَقَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ أَوْ إِنَّ رَبَّهُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ فَلَا يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ ثُمَّ أَخَذَ طَرَفَ رِدَائِهِ فَبَصَقَ فِيهِ ثُمَّ رَدَّ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَقَالَ أَوْ يَفْعَلُ هَكَذَا
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat ada dahak di dinding kiblat, maka beliau merasa jengkel hingga nampak tersirat pada wajahnya.
Kemudian beliau menggosoknya dengan tangannya seraya bersabda, “Jika seseorang dari kalian berdiri shalat maka sesungguhnya dia sedang berhadapan dengan Rabbnya, atau sesungguhnya Rabbnya berada antara dia dan kiblat. Maka janganlah dia meludah ke arah kiblat, tetapi hendaknya dia membuang dahaknya ke arah kirinya atau di bawah kedua kakinya.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tepi kainnya dan meludah di dalamnya, setelah itu beliau mengosokkannya kepada bagian kainnya yang lain, lalu beliau bersabda, “Atau hendaknya dia melakukan seperti ini.” (HR. Al-Bukhari no. 507 dan Muslim no. 550)
Anas bin Malik berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا
“Meludah di dalam masjid adalah suatu kesalahan, dan kaffarahnya (penghapus dosanya) adalah menimbunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 511 dan Muslim no. 552)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
“Jika kalian melihat orang membeli atau menjual di dalam masjid, maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu.” Jika kalian melihat orang yang mencari sesuatu yang hilang di dalamnya maka katakanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu.” (HR. At-Tirmizi no. 1321 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 573)
Penjelasan ringkas:
Tujuan masjid dibangun hanyalah untuk shalat, zikir, dan beribadah kepada Allah. Dan dia merupakan bagian bumi yang paling Allah cintai. Karenanya ketika seorang berada di dalam masjid maka dia diharuskan untuk beradab dengan adab-adab islami yang telah dituntunkan oleh Rasulullah. Dan di antara adab tersebut adalah Nabi -alaihishshalatu wassalam- memerintahkan agar menyucikan masjid dari semua perkara yang tidak berhubungan dengan tujuan dia dibangun, misalnya membuang kotoran dan berjual beli di dalamnya.
Berikut beberapa masalah yang dipetik dari hadits-hadits di atas secara berurut:
1. Tingginya kecemburuan Nabi – alaihishshalatu wassalam- kepada agama Allah, dimana beliau tidak merasa nyaman ketika ada kotoran yang terdapat dalam masjid.
2. Wajib bagi seorang imam masjid untuk mengingkari kemungkaran yang terjadi di dalam masjid yang dia imami, karena itu termasuk dalam lingkup tanggung jawabnya.
3. Dalam hadits ini, Nabi – alaihishshalatu wassalam- telah mengumpulkan ketiga jenis nahi mungkar: Dengan hati beliau tatkala beliau jengkel dan tidak senang dengannya, dengan lisan tatkala beliau menasehati dan melarang para sahabat, dan dengan tangan tatkala beliau membersihkan sendiri dahak yang ada di masjid. Dan beliau juga mengumpulkan dua jenis pengajaran: Dengan teori dan dengan praktek.
4. Hukum meludah ke arah kiblat di dalam shalat adalah haram berdasarkan larangan Nabi – alaihishshalatu wassalam-, “Maka janganlah dia meludah ke arah kiblat.” Karena hukum asal larangan adalah haram kecuali ada dalil yang memalingkan hukumnya.
5. Sudah menjadi kaidah tetap dalam syariat Islam, bahwa tatkala Islam melarang dari suatu amalan -padahal amalan itu dibutuhkan oleh kaum muslimin-, maka dia akan mensyariatkan amalan lain yang mirip dengannya tanpa melanggar syariat yang lainnya. Dalam hal ini, tatkala seorang yang shalat terkadang butuh meludah atau membuang dahak sementara Islam melarang untuk membuangnya ke arah kiblat, maka Islam menuntunkan amalan lain yang syar’i tanpa melarang mereka melakukan hal yang terkadang mereka butuhkan tersebut, yaitu membuang ludah atau dahak ke arah kirinya atau di bawah kedua kakinya atau membuangnya ke pakaiannya lalu menggosoknya.
6. Kiblat termasuk syariat Allah yang terbesar,karenanya dia harus dimuliakan dengan tidak membuang kotoran -apalagi najis- ke arahnya. Karenanya dimakruhkan untuk buang air besar dan kecil menghadap ke kiblat.
7. Membuang ludah dan dahak ke arah kiri atau di bawah pakaiannya hanya berlaku jika seseorang itu shalat di luar masjid dan tidak ada orang yang sedang shalat di sebelah kirinya.
Adapun jika dia shalat di dalam masjid maka tidak boleh dia meludah ke arah kiri – berdasarkan hadits Anas yang kedua di atas- dan tidak boleh juga di bawah kakinya karena dia tidak akan bisa menimbunnya, mengingat hampir seluruh masjid kaum muslimin di zaman ini sudah memakai tegel atau yang semacamnya sehingga tidak mungkin bagi dia untuk menimbunnya. Demikian pula jika dia membuangnya ke arah kirinya sementara ada orang di sebelah kirinya maka itu berarti membuang kotoran ke arah saudaranya, dan ini juga tidak diperbolehkan.
8. Karenanya, larangan membuang dahak dan ludah ke arah kiblat di luar masjid dan tidak sedang shalat adalah mubah dan tidak makruh.
Wallahu a’lam.
9. Larangan berjual beli di dalam masjid. Adapun batasan masjid yang seseorang tidak boleh jual beli di situ, maka silakan baca pembahasannya di sini: http://al-atsariyyah.com/?p=1387
10. Disyariatkan bagi orang yang melihatnya untuk mendoakannya dengan doa yang ma`tsur di atas.
11. Jual beli yang dimaksud di sini adalah akad jual beli. Karenanya:
a. Jika ada dua orang yang melakukan akad di dalam masjid walaupun barangnya belum ada dan pembayaran juga belum dilakukan, maka ini termasuk dalam larangan karena keduanya telah melakukan jual beli di dalam masjid.
b. Menitipkan atau menerima titipan uang atau barang dagangan di dalam masjid adalah boleh, karena itu bukanlah jual beli.
c. Membayar utang di dalam masjid tidak mengapa karena utang piutang bukanlah jual beli. Misalnya ada dua orang yang melakukan akad di luar masjid, barangnya sudah diambil akan tetapi bayarnya besok dan dilakukan di dalam masjid. Maka ini insya Allah tidak mengapa karena pembayaran ini adalah pelunasan utang dan bukan jual beli. Demikian pula sebaliknya jika pembayarannya dilakukan di luar masjid lalu penyerahan barangnya besok di dalam masjid. Contoh lain adalah seseorang memfoto kopi materi taklim dengan uangnya sendiri lalu dia membagi-bagikannya di dalam masjid lalu menerima pembayaran dari yang mengambil materi tersebut. Maka ini juga adalah transaksi pembayaran hutang dan bukan jual beli, selama orang tersebut tidak mengambil keuntungan dari ongkos foto kopinya. Jika dia mengambil keuntungan maka itu termasuk transaksi jual beli dalam masjid yang terlarang. Wallahu a’lam
12. Larangan mencari barang yang hilang di dalam masjid, dan batasan masjid juga bisa dilihat pada link di atas.
13. Juga dilarang mengumumkan barang yang hilang di dalam masjid walaupun dia tidak mencarinya di dalam masjid.
14. Disyariatkan bagi yang melihat atau mendengar orang yang mencari atau mengumumkan barang hilang di dalam masjid untuk mendoakannya dengan doa yang ma`tsur di atas.
Hanya ini yang bisa kami petik – sebatas keilmuan kami-, dan bagi siapa saja yang bisa memetik faidah lain dari dalil-dalil di atas, maka silakan dia menuliskan pada kolom komentar di bawah.
Wal ilmu indallah.
Sumber: http://al-atsariyyah.com
Dari Anas bin Malik -radhiallahu anhu- dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي الْقِبْلَةِ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ حَتَّى رُئِيَ فِي وَجْهِهِ فَقَامَ فَحَكَّهُ بِيَدِهِ فَقَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ أَوْ إِنَّ رَبَّهُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ فَلَا يَبْزُقَنَّ أَحَدُكُمْ قِبَلَ قِبْلَتِهِ وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمَيْهِ ثُمَّ أَخَذَ طَرَفَ رِدَائِهِ فَبَصَقَ فِيهِ ثُمَّ رَدَّ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَقَالَ أَوْ يَفْعَلُ هَكَذَا
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat ada dahak di dinding kiblat, maka beliau merasa jengkel hingga nampak tersirat pada wajahnya.
Kemudian beliau menggosoknya dengan tangannya seraya bersabda, “Jika seseorang dari kalian berdiri shalat maka sesungguhnya dia sedang berhadapan dengan Rabbnya, atau sesungguhnya Rabbnya berada antara dia dan kiblat. Maka janganlah dia meludah ke arah kiblat, tetapi hendaknya dia membuang dahaknya ke arah kirinya atau di bawah kedua kakinya.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tepi kainnya dan meludah di dalamnya, setelah itu beliau mengosokkannya kepada bagian kainnya yang lain, lalu beliau bersabda, “Atau hendaknya dia melakukan seperti ini.” (HR. Al-Bukhari no. 507 dan Muslim no. 550)
Anas bin Malik berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا
“Meludah di dalam masjid adalah suatu kesalahan, dan kaffarahnya (penghapus dosanya) adalah menimbunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 511 dan Muslim no. 552)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
“Jika kalian melihat orang membeli atau menjual di dalam masjid, maka katakanlah, “Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu.” Jika kalian melihat orang yang mencari sesuatu yang hilang di dalamnya maka katakanlah, “Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu.” (HR. At-Tirmizi no. 1321 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 573)
Penjelasan ringkas:
Tujuan masjid dibangun hanyalah untuk shalat, zikir, dan beribadah kepada Allah. Dan dia merupakan bagian bumi yang paling Allah cintai. Karenanya ketika seorang berada di dalam masjid maka dia diharuskan untuk beradab dengan adab-adab islami yang telah dituntunkan oleh Rasulullah. Dan di antara adab tersebut adalah Nabi -alaihishshalatu wassalam- memerintahkan agar menyucikan masjid dari semua perkara yang tidak berhubungan dengan tujuan dia dibangun, misalnya membuang kotoran dan berjual beli di dalamnya.
Berikut beberapa masalah yang dipetik dari hadits-hadits di atas secara berurut:
1. Tingginya kecemburuan Nabi – alaihishshalatu wassalam- kepada agama Allah, dimana beliau tidak merasa nyaman ketika ada kotoran yang terdapat dalam masjid.
2. Wajib bagi seorang imam masjid untuk mengingkari kemungkaran yang terjadi di dalam masjid yang dia imami, karena itu termasuk dalam lingkup tanggung jawabnya.
3. Dalam hadits ini, Nabi – alaihishshalatu wassalam- telah mengumpulkan ketiga jenis nahi mungkar: Dengan hati beliau tatkala beliau jengkel dan tidak senang dengannya, dengan lisan tatkala beliau menasehati dan melarang para sahabat, dan dengan tangan tatkala beliau membersihkan sendiri dahak yang ada di masjid. Dan beliau juga mengumpulkan dua jenis pengajaran: Dengan teori dan dengan praktek.
4. Hukum meludah ke arah kiblat di dalam shalat adalah haram berdasarkan larangan Nabi – alaihishshalatu wassalam-, “Maka janganlah dia meludah ke arah kiblat.” Karena hukum asal larangan adalah haram kecuali ada dalil yang memalingkan hukumnya.
5. Sudah menjadi kaidah tetap dalam syariat Islam, bahwa tatkala Islam melarang dari suatu amalan -padahal amalan itu dibutuhkan oleh kaum muslimin-, maka dia akan mensyariatkan amalan lain yang mirip dengannya tanpa melanggar syariat yang lainnya. Dalam hal ini, tatkala seorang yang shalat terkadang butuh meludah atau membuang dahak sementara Islam melarang untuk membuangnya ke arah kiblat, maka Islam menuntunkan amalan lain yang syar’i tanpa melarang mereka melakukan hal yang terkadang mereka butuhkan tersebut, yaitu membuang ludah atau dahak ke arah kirinya atau di bawah kedua kakinya atau membuangnya ke pakaiannya lalu menggosoknya.
6. Kiblat termasuk syariat Allah yang terbesar,karenanya dia harus dimuliakan dengan tidak membuang kotoran -apalagi najis- ke arahnya. Karenanya dimakruhkan untuk buang air besar dan kecil menghadap ke kiblat.
7. Membuang ludah dan dahak ke arah kiri atau di bawah pakaiannya hanya berlaku jika seseorang itu shalat di luar masjid dan tidak ada orang yang sedang shalat di sebelah kirinya.
Adapun jika dia shalat di dalam masjid maka tidak boleh dia meludah ke arah kiri – berdasarkan hadits Anas yang kedua di atas- dan tidak boleh juga di bawah kakinya karena dia tidak akan bisa menimbunnya, mengingat hampir seluruh masjid kaum muslimin di zaman ini sudah memakai tegel atau yang semacamnya sehingga tidak mungkin bagi dia untuk menimbunnya. Demikian pula jika dia membuangnya ke arah kirinya sementara ada orang di sebelah kirinya maka itu berarti membuang kotoran ke arah saudaranya, dan ini juga tidak diperbolehkan.
8. Karenanya, larangan membuang dahak dan ludah ke arah kiblat di luar masjid dan tidak sedang shalat adalah mubah dan tidak makruh.
Wallahu a’lam.
9. Larangan berjual beli di dalam masjid. Adapun batasan masjid yang seseorang tidak boleh jual beli di situ, maka silakan baca pembahasannya di sini: http://al-atsariyyah.com/?p=1387
10. Disyariatkan bagi orang yang melihatnya untuk mendoakannya dengan doa yang ma`tsur di atas.
11. Jual beli yang dimaksud di sini adalah akad jual beli. Karenanya:
a. Jika ada dua orang yang melakukan akad di dalam masjid walaupun barangnya belum ada dan pembayaran juga belum dilakukan, maka ini termasuk dalam larangan karena keduanya telah melakukan jual beli di dalam masjid.
b. Menitipkan atau menerima titipan uang atau barang dagangan di dalam masjid adalah boleh, karena itu bukanlah jual beli.
c. Membayar utang di dalam masjid tidak mengapa karena utang piutang bukanlah jual beli. Misalnya ada dua orang yang melakukan akad di luar masjid, barangnya sudah diambil akan tetapi bayarnya besok dan dilakukan di dalam masjid. Maka ini insya Allah tidak mengapa karena pembayaran ini adalah pelunasan utang dan bukan jual beli. Demikian pula sebaliknya jika pembayarannya dilakukan di luar masjid lalu penyerahan barangnya besok di dalam masjid. Contoh lain adalah seseorang memfoto kopi materi taklim dengan uangnya sendiri lalu dia membagi-bagikannya di dalam masjid lalu menerima pembayaran dari yang mengambil materi tersebut. Maka ini juga adalah transaksi pembayaran hutang dan bukan jual beli, selama orang tersebut tidak mengambil keuntungan dari ongkos foto kopinya. Jika dia mengambil keuntungan maka itu termasuk transaksi jual beli dalam masjid yang terlarang. Wallahu a’lam
12. Larangan mencari barang yang hilang di dalam masjid, dan batasan masjid juga bisa dilihat pada link di atas.
13. Juga dilarang mengumumkan barang yang hilang di dalam masjid walaupun dia tidak mencarinya di dalam masjid.
14. Disyariatkan bagi yang melihat atau mendengar orang yang mencari atau mengumumkan barang hilang di dalam masjid untuk mendoakannya dengan doa yang ma`tsur di atas.
Hanya ini yang bisa kami petik – sebatas keilmuan kami-, dan bagi siapa saja yang bisa memetik faidah lain dari dalil-dalil di atas, maka silakan dia menuliskan pada kolom komentar di bawah.
Wal ilmu indallah.
Sumber: http://al-atsariyyah.com
26 November 2012
'ZALIM ': Ustaz Abdul Malik Mohd. 23 Nov. 2012
Al Kuliah 4 All: Ustsz Abdul Malik Mohd. (Nov. 2012): " Zalim " Masjid As-Salam, Bukit Sentosa
KERAJAAN NEGERI AMBIL BERAT PEMBINAAN MASJID
SHAH ALAM 23 NOV : Kerajaan Negeri sentiasa mengambil berat pembangunan umat Islam dengan memperuntukkan dana pembinaan dua buah masjid di setiap daerah pada setiap tahun.
Menjawab di Sidang Dewan Negeri Selangor(DNS) tempohari tadi, Menteri Besar, Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim berkata pembinaan masjid-masjid tersebut bagaimanapun ditentukan oleh pihak pejabat daerah.
“Ia ditentukan berdasarkan keperluan dan keutamaan dan bukan berdasarkan kaedah melobi seperti amalan dahulu.
“Jadi, sekurang-kurangnya sudah 18 buah masjid dibina sehingga kini,” jelas beliau yang juga Adun Ijok.
Bagaimanapun, Abdul Khalid berkata, terdapat satu kelemahan perlaksanaan pembinaan masjid-masjid tersebut iaitu kelewatan memanggil tender.
“Kelulusan kita sudah bagi namun kelewatan ini menyebabkan ia tidak dapat dilaksanakan segera.
“Kita akan berbincang dengan Setiausaha Kerajaan Negeri untuk mengambil tindakan dan mengeluarkan arahan tertentu mengatasi masalah ini,” ujarnya lagi menjawab soalan lisan daripada Adun Morib, Hasiman Sidom.
Mengulas kelewatan pembinaan Masjid Kampung Sungai Buaya, Abdul Khalid berkata jawapan berbeza diperolehi daripada pihak-pihak terbabit.
“Antaranya saya dimaklumkan pembinaan tersebut tidak termasuk dalam perancangan ke-10.
“Sebaliknya, ia akan dimasukkan ke dalam perancangan ke-11,” jelasnya.
Menjawab di Sidang Dewan Negeri Selangor(DNS) tempohari tadi, Menteri Besar, Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim berkata pembinaan masjid-masjid tersebut bagaimanapun ditentukan oleh pihak pejabat daerah.
“Ia ditentukan berdasarkan keperluan dan keutamaan dan bukan berdasarkan kaedah melobi seperti amalan dahulu.
“Jadi, sekurang-kurangnya sudah 18 buah masjid dibina sehingga kini,” jelas beliau yang juga Adun Ijok.
Bagaimanapun, Abdul Khalid berkata, terdapat satu kelemahan perlaksanaan pembinaan masjid-masjid tersebut iaitu kelewatan memanggil tender.
“Kelulusan kita sudah bagi namun kelewatan ini menyebabkan ia tidak dapat dilaksanakan segera.
“Kita akan berbincang dengan Setiausaha Kerajaan Negeri untuk mengambil tindakan dan mengeluarkan arahan tertentu mengatasi masalah ini,” ujarnya lagi menjawab soalan lisan daripada Adun Morib, Hasiman Sidom.
Mengulas kelewatan pembinaan Masjid Kampung Sungai Buaya, Abdul Khalid berkata jawapan berbeza diperolehi daripada pihak-pihak terbabit.
“Antaranya saya dimaklumkan pembinaan tersebut tidak termasuk dalam perancangan ke-10.
“Sebaliknya, ia akan dimasukkan ke dalam perancangan ke-11,” jelasnya.
Rakaman Kuliah Ustaz Drs Ahmad Termizi
Di sini adalah Rakaman Kuliah yang lalu (Jun 2012)
Al Kuliah 4 All: Ustaz Ahmad Termizi (Jun 2012): " Membina Taman Di Dalam Hati " Masjid As-Salam, Bukit Sentosa
Nota penting : 27 Disember 2012 Maaf Ustaz Drs Ahmad Tarmizi tidak dapat hadir atas sebab yang tidak dapat dielakkan.Haraf Maaf.
Al Kuliah 4 All: Ustaz Ahmad Termizi (Jun 2012): " Membina Taman Di Dalam Hati " Masjid As-Salam, Bukit Sentosa
Nota penting : 27 Disember 2012 Maaf Ustaz Drs Ahmad Tarmizi tidak dapat hadir atas sebab yang tidak dapat dielakkan.Haraf Maaf.
PERUNTUKKAN MASA BERMUHASABAH DIRI WALAU SEKETIKA !
Syukur Alhamdulillah hingga saat ini , kita telah diberi ruang dan peluang serta wang untuk bernafas serta hidup bebas bergerak di dunia yang tidak kekal sebelum kita menuju ke kehidupan yang kekal abadi.
Teman cuba melatih gerakkan jari menaip mengenai muhasabah diri.
Islam nampak indah dan kadang-kadang bila dihayati kita akan dapat rasa nikmatnya. Allah maha besar, maha kuasa,maha kuat ,maha mengetahui dan Allah akan memberikan jalan dan jika yakin Allah akan beri cahaya penyulu ke jalan yang benar yang kita inginkannya. Hasilnya insyallah itula yang dikatakan hidayah.
Setiap muslimin mahukan keindahan agama suci Allah. Begitu juga yang empunya diri. kadang-kadang, terfikir sejenak mengira betapa jauhnya langkah dibuka menjauhi kebenaran. Kenikmatan hidup sementara di sini menghayalkan dengan bantuan musuh manusia, si iblis. Tugas hakikinya adalah untuk menghancurkan kita, anak Nabi Adam. Tetapi, kita sedia maklum dan tahu bahawa si iblis adalah musuh yang nyata, mengapa seronok benar kita bersongkokol dengannya? Kadangkala menjadi penemannya siang malam, pagi dan petang.
Jika diteliti dan diamati alangkah gagahnya fizikal kita berbanding dengan kekuatan rohani. Betapa cantiknya diri, tetapi tidak semua mencerminkan keikhlasan hati. Yang terbaik ialah keimanan disanubari yang boleh mengawal diri sendiri. Betapa sayangkan Allah ke atas hamba-hambanya dengan menjanjikan ganjaran dan kemaafan jika dipinta. Kuncinya, perlulah kita sentiasa mengingatinya dan mentaatinya.
Solat 5 waktu adalah tiang agama seseorang. Lengkapnya solat, boleh mencegah diri daripada melakukan kemungkaran yang dimurkai Allah. Kemungkaran yang berlaku disekeliling boleh dihindari. Belajarlah untuk solat dengan sempurna dan membaiki dan mempertingkatkan kualiti dari masa ke semasa. Insyaallah, segalanya yang dilalui akan diberkati Allah. Jika niat yang dipasang tidak terpesong, luruslah jalan yang dilalui. Berbalik kepada niat, perlulah ia sentiasa positif dan tidak memudaratkan. Pahala pasti diperolehi apabila niat dipasang. Betapa mudahnya mendapat pahala.
Biarkan langkah kita perlahan, asalkan destinasi dan matlamat yang dituju betul. Jangan biarkan langkah laju, tetapi menuju kearah perkara yang lara. Muhasabah diri sendiri untuk menjadi yang lebih baik walaupun diri tak sebaik mana. Insyallah Allah tidak lokek mengurniakan balasan baik kepada kita.Allahhuakbar sempena bulan Muharam 1434 Hijriah yang menjadi bulan pertama dalam kalendar Islam.
Teman cuba melatih gerakkan jari menaip mengenai muhasabah diri.
Islam nampak indah dan kadang-kadang bila dihayati kita akan dapat rasa nikmatnya. Allah maha besar, maha kuasa,maha kuat ,maha mengetahui dan Allah akan memberikan jalan dan jika yakin Allah akan beri cahaya penyulu ke jalan yang benar yang kita inginkannya. Hasilnya insyallah itula yang dikatakan hidayah.
Setiap muslimin mahukan keindahan agama suci Allah. Begitu juga yang empunya diri. kadang-kadang, terfikir sejenak mengira betapa jauhnya langkah dibuka menjauhi kebenaran. Kenikmatan hidup sementara di sini menghayalkan dengan bantuan musuh manusia, si iblis. Tugas hakikinya adalah untuk menghancurkan kita, anak Nabi Adam. Tetapi, kita sedia maklum dan tahu bahawa si iblis adalah musuh yang nyata, mengapa seronok benar kita bersongkokol dengannya? Kadangkala menjadi penemannya siang malam, pagi dan petang.
Jika diteliti dan diamati alangkah gagahnya fizikal kita berbanding dengan kekuatan rohani. Betapa cantiknya diri, tetapi tidak semua mencerminkan keikhlasan hati. Yang terbaik ialah keimanan disanubari yang boleh mengawal diri sendiri. Betapa sayangkan Allah ke atas hamba-hambanya dengan menjanjikan ganjaran dan kemaafan jika dipinta. Kuncinya, perlulah kita sentiasa mengingatinya dan mentaatinya.
Solat 5 waktu adalah tiang agama seseorang. Lengkapnya solat, boleh mencegah diri daripada melakukan kemungkaran yang dimurkai Allah. Kemungkaran yang berlaku disekeliling boleh dihindari. Belajarlah untuk solat dengan sempurna dan membaiki dan mempertingkatkan kualiti dari masa ke semasa. Insyaallah, segalanya yang dilalui akan diberkati Allah. Jika niat yang dipasang tidak terpesong, luruslah jalan yang dilalui. Berbalik kepada niat, perlulah ia sentiasa positif dan tidak memudaratkan. Pahala pasti diperolehi apabila niat dipasang. Betapa mudahnya mendapat pahala.
Biarkan langkah kita perlahan, asalkan destinasi dan matlamat yang dituju betul. Jangan biarkan langkah laju, tetapi menuju kearah perkara yang lara. Muhasabah diri sendiri untuk menjadi yang lebih baik walaupun diri tak sebaik mana. Insyallah Allah tidak lokek mengurniakan balasan baik kepada kita.Allahhuakbar sempena bulan Muharam 1434 Hijriah yang menjadi bulan pertama dalam kalendar Islam.
25 November 2012
MAHAR DAN BELANJA KAHWIN ISTERI RASULULLAH SAW
Mahar dan belanja kahwin isteri Rasulullah SAW
Kata Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid, berdasarkan hadith riwayat Muslim dan tarikh kiraan matawang zaman nabi SAW maka mahar isteri rasulullah SAW ialah sebanyak USD 400 (kira2 dalam ringgit Malaysia ialah RM 1,224.80)
Hal ini berdasarkan hadith riwayat Muslim spt berikut :
عن أبي سلمة بن عبد الرحمن أنه قال : سألت عائشة زوج النبي صلى الل
ه عليه وسلم كما كان صداق رسول الله صلى الله عليه وسلم . قالت : كان صداق لأزواجه ثنتي عشرة أوقية ونشّاً . قال أتدري ما النَّشُّ . قال قلت لا قالت : نصف أوقية : فتلك خمس مائة درهم فهذا صداق رسول الله صلى الله عليه وسلم لأزواجه
Perlu diingat, maksud mahar ini ialah belanja yg wajib dikeluarkan oleh pihak lelaki kepada si isteri.
Maknanya kos pernikahan isteri rasulullah SAW cuma kira2 USD 400 sahaja. Sebaik2 muslimah ialah yang murah belanja nikahnya !
Perlu diingat bahawa kos sara hidup pada hari ini sepatutnya tidak ada kaitan dengan mahar atau belanja perkahwinan. Kalau kita bercakap soal gaji memanglah ianya berkait dengan kos sara hidup.
Tetapi sebenarnya mahar tak ada kaitan dengan kos sara hidup kerana mahar ialah pemberian lelaki untuk mengembirakan calon isteri dan sebagai penghargaan/hadiah wajib yang ditetapkan oleh syarak. Adapun perbelanjaan kenduri dan persiapan sebagainya tidak perlu dibuat serta merta semasa akad.
Boleh sahaja ditangguhkan kenduri selepas nikah apabila ada kemampuan dari sudut kewangan.
Kerana itu bagi sahabat yang miskin mahar dan belanja nikahnya cuma ayat Al-Quran. WA
-----------------
Info tambahan berkenaan cara kira nilai mahar baginda SAW dengan kadar semasa:
العلامة ابن خلدون :
فاعلم أن الإجماع منعقد منذ صدر الإسلام وعهد الصحابة والتابعين : أن الدرهم الشرعي هو الذي تزن العشرة منه سبعة مثاقيل من الذهب ، والأوقيَّة منه : أربعين درهماً ، وهو على هذا سبعة أعشار الدينار .. .. وهذه المقادير كلها ثابتة بالإجماع .
" مقدمة ابن خلدون " ( ص 263 )
وعلى هذا :
فوزن الدرهم بالجرامات = 2.975 جراماً .
فيكون مهر أزواج الرسول صلى الله عليه وسلم = 500×2.975 = 1487.5 جراماً من الفضة .
وحيث إن سعر جرام الفضة الخالص بدون مصنعية حاليا حوالي 1 ريال فيكون المهر
بالريال = 1487.5ريالاً تقريباً .
وبالدولار = 396.7 تقريباً .
http://ustaz.blogspot.com/
Kata Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid, berdasarkan hadith riwayat Muslim dan tarikh kiraan matawang zaman nabi SAW maka mahar isteri rasulullah SAW ialah sebanyak USD 400 (kira2 dalam ringgit Malaysia ialah RM 1,224.80)
Hal ini berdasarkan hadith riwayat Muslim spt berikut :
عن أبي سلمة بن عبد الرحمن أنه قال : سألت عائشة زوج النبي صلى الل
ه عليه وسلم كما كان صداق رسول الله صلى الله عليه وسلم . قالت : كان صداق لأزواجه ثنتي عشرة أوقية ونشّاً . قال أتدري ما النَّشُّ . قال قلت لا قالت : نصف أوقية : فتلك خمس مائة درهم فهذا صداق رسول الله صلى الله عليه وسلم لأزواجه
Perlu diingat, maksud mahar ini ialah belanja yg wajib dikeluarkan oleh pihak lelaki kepada si isteri.
Maknanya kos pernikahan isteri rasulullah SAW cuma kira2 USD 400 sahaja. Sebaik2 muslimah ialah yang murah belanja nikahnya !
Perlu diingat bahawa kos sara hidup pada hari ini sepatutnya tidak ada kaitan dengan mahar atau belanja perkahwinan. Kalau kita bercakap soal gaji memanglah ianya berkait dengan kos sara hidup.
Tetapi sebenarnya mahar tak ada kaitan dengan kos sara hidup kerana mahar ialah pemberian lelaki untuk mengembirakan calon isteri dan sebagai penghargaan/hadiah wajib yang ditetapkan oleh syarak. Adapun perbelanjaan kenduri dan persiapan sebagainya tidak perlu dibuat serta merta semasa akad.
Boleh sahaja ditangguhkan kenduri selepas nikah apabila ada kemampuan dari sudut kewangan.
Kerana itu bagi sahabat yang miskin mahar dan belanja nikahnya cuma ayat Al-Quran. WA
-----------------
Info tambahan berkenaan cara kira nilai mahar baginda SAW dengan kadar semasa:
العلامة ابن خلدون :
فاعلم أن الإجماع منعقد منذ صدر الإسلام وعهد الصحابة والتابعين : أن الدرهم الشرعي هو الذي تزن العشرة منه سبعة مثاقيل من الذهب ، والأوقيَّة منه : أربعين درهماً ، وهو على هذا سبعة أعشار الدينار .. .. وهذه المقادير كلها ثابتة بالإجماع .
" مقدمة ابن خلدون " ( ص 263 )
وعلى هذا :
فوزن الدرهم بالجرامات = 2.975 جراماً .
فيكون مهر أزواج الرسول صلى الله عليه وسلم = 500×2.975 = 1487.5 جراماً من الفضة .
وحيث إن سعر جرام الفضة الخالص بدون مصنعية حاليا حوالي 1 ريال فيكون المهر
بالريال = 1487.5ريالاً تقريباً .
وبالدولار = 396.7 تقريباً .
http://ustaz.blogspot.com/
24 November 2012
Rakaman Kuliah Ustaz Nazmi Karim di Masjid Assalam
Al Kuliah 4 All: Ustaz Nazmi Karim (Nov. 2012): " Hijra htul Rasul ullah " Masjid As-Salam, Bukit Sentosa
23 November 2012
DOA DAN LANGKAH !
Doa keluar dari rumah
Semasa sesi kuliah hadith tempohari ustaz telah menerangkan tentang sunnahnya keluar dari rumah dengan kaki kanan. Tetapi perlu diingat keadaannya berbeza semasa kita hendak keluar dari masjid.
Bila melangkah keluar dari masjid, adalah menjadi sunnah keluar dengan kaki kiri. Kata ustaz, langkahkan dulu kaki kiri, letakkan kaki kiri di atas selipar dan dalam masa yang sama surungkan kaki kanan memakai seliper. Menyarung seliper sunnah mulakan dengan kaki kanan. Melepaskan seliper dari kaki sunnah mulakan dengan kaki kiri.
Dari Abu Hurairah r.a bahasanya Rasulullah s.a.w bersabda:
"Apabila seseorang dari engkau semua mengenakan terumpah, maka hendaklah mendahulukan yang kanan dan apabila melepaskannya, maka dahulukanlah yang kiri. Hendaklah yang kanan itu yang pertama di antara kedua kaki yang dikenakan terumpah dan yang terakhir ketika dilepaskan." (Muttafaq 'alaih)
Jadi semasa kita keluar dari rumah, langkahlah keluar dari pintu dengan kaki kanan. Sesungguhnya ikut sunnah dapat pahala, tak ikut sunnah kiranya ia berupa aktiviti semata-mata. Niat ikut sunnah (1)untuk dapatkan redha Allah dan (2)untuk ikut amalan Rasulullah s.a.w. Ketika keluar dari rumah itu kita bacalah doa, bertawakkal pada Allah sebagaimana hadis Rasulullah s.a.w...
Dari Anas r.a katanya Rasululllah s.a.w bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: Bismillah, tawakkaltu 'alallah wa la haula wala quwwata illa billah - artinya: Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, juga telah diberi penjagaan. Syaitan pun menyingkirlah dari orang tersebut."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i serta lain-lainnya. Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Abu Dawud menambahkan lalu berkata: Bahwa syaitan yang satu berkata kepada syaitan lainnya: "Bagaimana engkau dapat menggoda orang yang telah diberi petunjuk, telah dicukupi dan telah pula diberi penjagaan."
Semasa sesi kuliah hadith tempohari ustaz telah menerangkan tentang sunnahnya keluar dari rumah dengan kaki kanan. Tetapi perlu diingat keadaannya berbeza semasa kita hendak keluar dari masjid.
Bila melangkah keluar dari masjid, adalah menjadi sunnah keluar dengan kaki kiri. Kata ustaz, langkahkan dulu kaki kiri, letakkan kaki kiri di atas selipar dan dalam masa yang sama surungkan kaki kanan memakai seliper. Menyarung seliper sunnah mulakan dengan kaki kanan. Melepaskan seliper dari kaki sunnah mulakan dengan kaki kiri.
Dari Abu Hurairah r.a bahasanya Rasulullah s.a.w bersabda:
"Apabila seseorang dari engkau semua mengenakan terumpah, maka hendaklah mendahulukan yang kanan dan apabila melepaskannya, maka dahulukanlah yang kiri. Hendaklah yang kanan itu yang pertama di antara kedua kaki yang dikenakan terumpah dan yang terakhir ketika dilepaskan." (Muttafaq 'alaih)
Jadi semasa kita keluar dari rumah, langkahlah keluar dari pintu dengan kaki kanan. Sesungguhnya ikut sunnah dapat pahala, tak ikut sunnah kiranya ia berupa aktiviti semata-mata. Niat ikut sunnah (1)untuk dapatkan redha Allah dan (2)untuk ikut amalan Rasulullah s.a.w. Ketika keluar dari rumah itu kita bacalah doa, bertawakkal pada Allah sebagaimana hadis Rasulullah s.a.w...
Dari Anas r.a katanya Rasululllah s.a.w bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: Bismillah, tawakkaltu 'alallah wa la haula wala quwwata illa billah - artinya: Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, juga telah diberi penjagaan. Syaitan pun menyingkirlah dari orang tersebut."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i serta lain-lainnya. Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Abu Dawud menambahkan lalu berkata: Bahwa syaitan yang satu berkata kepada syaitan lainnya: "Bagaimana engkau dapat menggoda orang yang telah diberi petunjuk, telah dicukupi dan telah pula diberi penjagaan."
22 November 2012
CUTI SEKOLAH INGATLAH ANAK !
Muslimin/Muslimat Yang di Rahmati Allah,
Anak merupakan anugerah dan nikmat yang terbesar daripada Allah SWT kepada hamba-Nya. Mutiara hati bagi pasangan ibu-bapa ini akan menjadi saham dan membawa keuntungan yang berlipat kali ganda sekiranya mereka dididik dan di bentuk dengan baik serta menjadi anak yang soleh. Sebaliknya, jika mereka di abaikan tidak mustahil akan menjadi anak yang terbiar dan pada masa akan datang akan menjadi sampah kepada masyarakat dan negara. Justeru memiliki anak yang soleh serta baik budi pekertinya menjadi impian setiap ibu-bapa dan keluarga sebagaimana kisah Nabi Zakaria AS yang telah lanjut usia tetapi belum dikurniakan anak untuk menjadi pewaris keturunannya. Lalu Nabi Zakaria AS memohon dengan berdoa kepada Allah SWT agar di kurniakan anak-anak yang soleh. Firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran ayat 38:
Bermaksud; “Ketika itu Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhan-Nya, katanya: Wahai Tuhanku! Kurniakanlah kepadaku dari sisi-Mu zuriat keturunan yang baik; sesungguhnya Engkau sentiasa Mendengar (menerima) doa permohonan”.
Anak-anak kita sebenarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibarat sehelai kain putih yang suci lagi bersih dari sebarang kekotoran samada zahir ataupun batin, maka menjadi tanggungjawab kita sebagai ibubapa untuk mencorakkan samada untuk membentuknya menjadi insan berjaya ataupun tidak. Sabda Rasulullah SAW:
Bermaksud: “ Apabila mati seseorang anak Adam, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: sedakah jariah, ilmu yang bermanafaat dan anak yang soleh yang mendoakan” .(Riwayat iman Muslim)
Menurut Islam memberi pendidikan kepada anak-anak hendaklah dimulakan sejak awal lagi kerana pada usia sebegini segala nilai yang ditanamkan akan tersemat dalam hati sanubari mereka. Ibnu Sina pernah berpesan, katanya: “ketika anak telah mendapat asuhan ibunya, maka ajarkanlah ia adab-adab Islam sebelum ia diserang oleh nilai-nilai yang buruk”. Rasulullah SAW telah menggariskan empat tahap pendidikan kepada anak-anak iaitu:
Tahap Pertama: Anak yang baru lahir sehingga mumayyiz (enam tahun) hendaklah kita banyak bergurau dan membelai mereka dengan penuh kasih sayang.
Tahap Kedua: Anak berumur tujuh tahun sehingga baligh(14tahun)hendaklah kita mendidik mereka dengan arahan, disiplin dan memberi tanggungjawab kepada mereka.
Tahap Ketiga: Anak berumur 15 tahun hingga dewasa (21 tahun) hendaklah dididik dengan cara berkawan, bertukar pendapat dan hormati pendapat mereka selagi yang tidak bertentangan dengan syariat.
Tahap Keempat: Anak berumur lebih 21 tahun, hendaklah para ibu bapa memberikan kebebasan bertindak selagi tidak bertentangan dengan syariat. Ibu bapa hanya perlu bertindak sebagai penasihat agar segala tindakkan mereka terkawal.
Ibnu Khaldun telah membahagikan tujuan pendidikan kepada anak-anak dalam tiga bentuk: Pertama: Mempersiapkan seorang anak dari segi keagamaan, iaitu mengajarnya syiar-syiar agama menurut al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini akan membina akidahnya dan membentuk keperibadian keimanannya. Kedua: Mempersiapkannya dari segi akhlak, dan Ketiga: Mempersiapkannya dari segi pemikiran, ini termasuk ilmu-ilmu umum duniawi, kerana dengan memiliki pemikiran dan ilmu yang baik dan tepat seseorang itu akan mampu berdikari dan memiliki ketrampilan untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Anak-anak hendaklah dididik dengan dipesankan sesuatu terlebih dahulu. Lihat bagaimana reaksi mereka, apakah mereka boleh melakukannya hanya selepas sekali pesanan. Jika tidak berkesan maka hendaklah dipesan berulang kali tanpa merasa jemu dan bosan. Berilah nasihat dan teguran kepada anak-anak dalam hal berkaitan akidah, ibadah, akhlak, tanggungjawab, kesihatan, kehidupan agar mereka mengenal erti yang sebenarnya. Berilah pesanan, nasihat, tegurun setiap masa walaupun kadang kala anak-anak kita akan merasa jemu dan bosan. Contohilah apa yang dilakukan oleh Lukman al-Hakim di dalam mendidik anak-anaknya. Firman Allah SWT dalam surah Lukman ayat 13:
Bermaksud: “Dan tatkala Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar”.
Sebagai ibu-bapa kita tidak boleh mengambil sikap lepas tangan. Jangan kita beranggapan bahawa kita telah menunaikan kewajipan dan hak anak-anak apabila mereka telah dihantar ke sekolah. Ingatlah tanggungjawab kita bukan hanya memastikan agar mereka akan hidup selesa pada masa akan datang akan tetapi tanggungjawab kita juga memastikan agar mereka mempunyai prinsip yang teguh dan jatidiri yang kuat. Dari itu amat penting bagi kita memberi pendidikan agama serta menyemai akhlak mulia kepada mereka kerana dengan pendidikan agama, prinsip iman mereka akan teguh, jati diri mereka akan kuat, dengan ini akan membantu mereka menghadapi masalah-masalah sosial serta membantu mereka menghadapi cabaran masa akan datang. Tanpa prinsip ini ditakuti anak-anak kita akan mudah terpengaruh dengan pelbagai pemikiran. Sehinggakan ada sebahagian dari mereka sanggup menggadai prinsip kehidupan mereka.
Perlu diingat memelihara anggota keluarga dari ancaman neraka tidak bererti kita hanya bersikap pasif iaitu dengan hanya mencegah mereka daripada berbagai perbuatan maksiat. Tetapi kita juga mesti bersikap aktif dalam mendidik dan menerapkan nilai-nilai murni dalam diri mereka agar pembentukan ini menjadi peranan sebagai kubu dan daya tahan yang dapat menepis dan menapis pengaruh sekitar yang penuh mencabar. Tanggungjawab ibu-bapa bukan hanya memberi arahan, tetapi perlu menonton, membimbing, mengasuh dan menunjukkan contoh yang baik untuk diteladani.Barulah pendidikan kita akan memberikan kesan untuk mencapai matlamat pembentukan nilai murni serta prinsip yang kukuh dalam diri anak-anak.
Sebagaimana yang kita maklum, musim cuti sekolah sudah bermula, yang paling seronok ialah anak-anak kita. Inilah masa untuk mereka melarikan diri buat sementara dari alam persekolahan. Anak-anak memang mahu bebas daripada belenggu buku-buku sekolah.Mereka mahu berseronok setelah penat mentelaah pelajaran sepanjang tahun. Namun, ada juga dalam kalangan anak-anak kita yang tidak tahu apa aktiviti-aktiviti yang ingin dilakukan pada waktu cuti ini. Dalam fikiran mereka hanya hiburan dan keseronokan yang dicari.Tidak hairanlah sekiranya cuti sekolah yang panjang dihabiskan dengan membuang masa dengan melepak, melayari internet atau melakukan perkara yang tidak mendatangkan feadah. Berdasarkan laporan terdapat puluhan jenis gejala sosial yang mencetuskan kebimbangan dalam kesejahteraan hidup anak-anak kita antaranya merokok, merempit, menonton video lucah, putus cinta, mencuri, lari dari rumah, minum arak, pil khayal, berjudi, simpan gambar lucah, hubungan jenis luar nikah, peras ugut, pecah rumah, menagih dadah, rogol, samun, jenayah bunuh dan lain-lain lagi.Terkini ada dari kalangan anak-anak kita yang di ambil kesempatan oleh pihak penjenayah untuk dijadikan kaldai dadah dan terlibat dalam sendikit pelacuran.
Pesanan untuk ibu- bapa, kita seharusnya mengajar anak-anak supaya menggunakan masa dengan bijak. Masa cuti sekolah bukan semata-mata untuk berseronok dan melupakankan terus pelajaran. Ibu- bapa perlulah mengambil peluang ini untuk mengatur program-program yang bermanfaat buat anak-anak seperti menghadiri kem ibadah dan motivasi yang dianjurkan oleh pelbagai pihak. Jadilah ibu- bapa yang prihatin dan mengambil berat terhadap anak-anak. Rancanglah sesuatu agar dapat memanfaatkan cuti sekolah anak-anak dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan mereka sendiri yang menguruskan masa cuti tanpa sebarang pemantauan atau panduan daripada ibu- bapa .
Sedemikian, marilah kita bersama-sama menjaga dan mendidik anak-anak yang diamanahkan oleh Allah SWT kepada kita. Didiklah mereka dengan kehidupan beragama, agar mereka dapat berbakti kepada keluarga, masyarakat dan negara. Isilah masa kehidupan mereka dengan perkara-perkara yang boleh memberi manafaat. Ingatlah wahai muslimin sekalian bahawa mutiara hati ini merupakan sebahagian daripada amanah daripada Allah SWT yang akan di persoalkan di akhirat nanti. Marilah sama-sama kita merenung firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 72:
Bermaksud: “ Sesungguhnya Kami telah kemukakan amanah kepada langit dan bumi serta gunung-ganang, maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya; dan manusia sanggup memikulnya. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan jahil.”
Anak merupakan anugerah dan nikmat yang terbesar daripada Allah SWT kepada hamba-Nya. Mutiara hati bagi pasangan ibu-bapa ini akan menjadi saham dan membawa keuntungan yang berlipat kali ganda sekiranya mereka dididik dan di bentuk dengan baik serta menjadi anak yang soleh. Sebaliknya, jika mereka di abaikan tidak mustahil akan menjadi anak yang terbiar dan pada masa akan datang akan menjadi sampah kepada masyarakat dan negara. Justeru memiliki anak yang soleh serta baik budi pekertinya menjadi impian setiap ibu-bapa dan keluarga sebagaimana kisah Nabi Zakaria AS yang telah lanjut usia tetapi belum dikurniakan anak untuk menjadi pewaris keturunannya. Lalu Nabi Zakaria AS memohon dengan berdoa kepada Allah SWT agar di kurniakan anak-anak yang soleh. Firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran ayat 38:
Bermaksud; “Ketika itu Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhan-Nya, katanya: Wahai Tuhanku! Kurniakanlah kepadaku dari sisi-Mu zuriat keturunan yang baik; sesungguhnya Engkau sentiasa Mendengar (menerima) doa permohonan”.
Anak-anak kita sebenarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibarat sehelai kain putih yang suci lagi bersih dari sebarang kekotoran samada zahir ataupun batin, maka menjadi tanggungjawab kita sebagai ibubapa untuk mencorakkan samada untuk membentuknya menjadi insan berjaya ataupun tidak. Sabda Rasulullah SAW:
Bermaksud: “ Apabila mati seseorang anak Adam, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: sedakah jariah, ilmu yang bermanafaat dan anak yang soleh yang mendoakan” .(Riwayat iman Muslim)
Menurut Islam memberi pendidikan kepada anak-anak hendaklah dimulakan sejak awal lagi kerana pada usia sebegini segala nilai yang ditanamkan akan tersemat dalam hati sanubari mereka. Ibnu Sina pernah berpesan, katanya: “ketika anak telah mendapat asuhan ibunya, maka ajarkanlah ia adab-adab Islam sebelum ia diserang oleh nilai-nilai yang buruk”. Rasulullah SAW telah menggariskan empat tahap pendidikan kepada anak-anak iaitu:
Tahap Pertama: Anak yang baru lahir sehingga mumayyiz (enam tahun) hendaklah kita banyak bergurau dan membelai mereka dengan penuh kasih sayang.
Tahap Kedua: Anak berumur tujuh tahun sehingga baligh(14tahun)hendaklah kita mendidik mereka dengan arahan, disiplin dan memberi tanggungjawab kepada mereka.
Tahap Ketiga: Anak berumur 15 tahun hingga dewasa (21 tahun) hendaklah dididik dengan cara berkawan, bertukar pendapat dan hormati pendapat mereka selagi yang tidak bertentangan dengan syariat.
Tahap Keempat: Anak berumur lebih 21 tahun, hendaklah para ibu bapa memberikan kebebasan bertindak selagi tidak bertentangan dengan syariat. Ibu bapa hanya perlu bertindak sebagai penasihat agar segala tindakkan mereka terkawal.
Ibnu Khaldun telah membahagikan tujuan pendidikan kepada anak-anak dalam tiga bentuk: Pertama: Mempersiapkan seorang anak dari segi keagamaan, iaitu mengajarnya syiar-syiar agama menurut al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini akan membina akidahnya dan membentuk keperibadian keimanannya. Kedua: Mempersiapkannya dari segi akhlak, dan Ketiga: Mempersiapkannya dari segi pemikiran, ini termasuk ilmu-ilmu umum duniawi, kerana dengan memiliki pemikiran dan ilmu yang baik dan tepat seseorang itu akan mampu berdikari dan memiliki ketrampilan untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Anak-anak hendaklah dididik dengan dipesankan sesuatu terlebih dahulu. Lihat bagaimana reaksi mereka, apakah mereka boleh melakukannya hanya selepas sekali pesanan. Jika tidak berkesan maka hendaklah dipesan berulang kali tanpa merasa jemu dan bosan. Berilah nasihat dan teguran kepada anak-anak dalam hal berkaitan akidah, ibadah, akhlak, tanggungjawab, kesihatan, kehidupan agar mereka mengenal erti yang sebenarnya. Berilah pesanan, nasihat, tegurun setiap masa walaupun kadang kala anak-anak kita akan merasa jemu dan bosan. Contohilah apa yang dilakukan oleh Lukman al-Hakim di dalam mendidik anak-anaknya. Firman Allah SWT dalam surah Lukman ayat 13:
Bermaksud: “Dan tatkala Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar”.
Sebagai ibu-bapa kita tidak boleh mengambil sikap lepas tangan. Jangan kita beranggapan bahawa kita telah menunaikan kewajipan dan hak anak-anak apabila mereka telah dihantar ke sekolah. Ingatlah tanggungjawab kita bukan hanya memastikan agar mereka akan hidup selesa pada masa akan datang akan tetapi tanggungjawab kita juga memastikan agar mereka mempunyai prinsip yang teguh dan jatidiri yang kuat. Dari itu amat penting bagi kita memberi pendidikan agama serta menyemai akhlak mulia kepada mereka kerana dengan pendidikan agama, prinsip iman mereka akan teguh, jati diri mereka akan kuat, dengan ini akan membantu mereka menghadapi masalah-masalah sosial serta membantu mereka menghadapi cabaran masa akan datang. Tanpa prinsip ini ditakuti anak-anak kita akan mudah terpengaruh dengan pelbagai pemikiran. Sehinggakan ada sebahagian dari mereka sanggup menggadai prinsip kehidupan mereka.
Perlu diingat memelihara anggota keluarga dari ancaman neraka tidak bererti kita hanya bersikap pasif iaitu dengan hanya mencegah mereka daripada berbagai perbuatan maksiat. Tetapi kita juga mesti bersikap aktif dalam mendidik dan menerapkan nilai-nilai murni dalam diri mereka agar pembentukan ini menjadi peranan sebagai kubu dan daya tahan yang dapat menepis dan menapis pengaruh sekitar yang penuh mencabar. Tanggungjawab ibu-bapa bukan hanya memberi arahan, tetapi perlu menonton, membimbing, mengasuh dan menunjukkan contoh yang baik untuk diteladani.Barulah pendidikan kita akan memberikan kesan untuk mencapai matlamat pembentukan nilai murni serta prinsip yang kukuh dalam diri anak-anak.
Sebagaimana yang kita maklum, musim cuti sekolah sudah bermula, yang paling seronok ialah anak-anak kita. Inilah masa untuk mereka melarikan diri buat sementara dari alam persekolahan. Anak-anak memang mahu bebas daripada belenggu buku-buku sekolah.Mereka mahu berseronok setelah penat mentelaah pelajaran sepanjang tahun. Namun, ada juga dalam kalangan anak-anak kita yang tidak tahu apa aktiviti-aktiviti yang ingin dilakukan pada waktu cuti ini. Dalam fikiran mereka hanya hiburan dan keseronokan yang dicari.Tidak hairanlah sekiranya cuti sekolah yang panjang dihabiskan dengan membuang masa dengan melepak, melayari internet atau melakukan perkara yang tidak mendatangkan feadah. Berdasarkan laporan terdapat puluhan jenis gejala sosial yang mencetuskan kebimbangan dalam kesejahteraan hidup anak-anak kita antaranya merokok, merempit, menonton video lucah, putus cinta, mencuri, lari dari rumah, minum arak, pil khayal, berjudi, simpan gambar lucah, hubungan jenis luar nikah, peras ugut, pecah rumah, menagih dadah, rogol, samun, jenayah bunuh dan lain-lain lagi.Terkini ada dari kalangan anak-anak kita yang di ambil kesempatan oleh pihak penjenayah untuk dijadikan kaldai dadah dan terlibat dalam sendikit pelacuran.
Pesanan untuk ibu- bapa, kita seharusnya mengajar anak-anak supaya menggunakan masa dengan bijak. Masa cuti sekolah bukan semata-mata untuk berseronok dan melupakankan terus pelajaran. Ibu- bapa perlulah mengambil peluang ini untuk mengatur program-program yang bermanfaat buat anak-anak seperti menghadiri kem ibadah dan motivasi yang dianjurkan oleh pelbagai pihak. Jadilah ibu- bapa yang prihatin dan mengambil berat terhadap anak-anak. Rancanglah sesuatu agar dapat memanfaatkan cuti sekolah anak-anak dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan mereka sendiri yang menguruskan masa cuti tanpa sebarang pemantauan atau panduan daripada ibu- bapa .
Sedemikian, marilah kita bersama-sama menjaga dan mendidik anak-anak yang diamanahkan oleh Allah SWT kepada kita. Didiklah mereka dengan kehidupan beragama, agar mereka dapat berbakti kepada keluarga, masyarakat dan negara. Isilah masa kehidupan mereka dengan perkara-perkara yang boleh memberi manafaat. Ingatlah wahai muslimin sekalian bahawa mutiara hati ini merupakan sebahagian daripada amanah daripada Allah SWT yang akan di persoalkan di akhirat nanti. Marilah sama-sama kita merenung firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 72:
Bermaksud: “ Sesungguhnya Kami telah kemukakan amanah kepada langit dan bumi serta gunung-ganang, maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya; dan manusia sanggup memikulnya. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan jahil.”
21 November 2012
Kuliah Maghrib bersama Sheikh Muhammad Husni Ginting (Nov. 2012)
Al Kuliah 4 All: Sheikh Muhammad Husni Ginting (Nov. 2012): " Pengajian Thulathiyyat Imam Bukhari " Masjid As-Salam, Bukit Sentosa
20 November 2012
HARI ASYURA 10 MUHARAM 1433H/24 NOVEMBER 2012
Hari Asyura merupakan salah satu hari yang diraikan oleh umat Islam. Asyura berasal daripada perkataan Arab asyara yang bermaksud sepuluh. Ini disebabkan hari Asyura adalah hari yang kesepuluh di dalam kalendar Islam iaitu pada 10 Muharram.
Mengikut masyarakat Islam, hari Asyura telah menyaksikan banyak sejarah besar dan keajaiban berlaku ke atas para nabi. Disebabkan itu, masyarakat Islam menghormati hari tersebut seperti juga yang diamalkan oleh Muhammad s.a.w.
Kebiasaan Islam di malaysia buat bubur Asyura dan berpuasa di 10 Muharam
Bubur Asyura yang boleh dipotong
Bubur asyura
Menurut tradisi masyarakat Islam, Nabi Muhammad s.a.w. melakukan puasa Asyura sejak di Makkah lagi memandangkan puasa Asyura merupakan amalan biasa masyarakat tempatan. Apabila baginda berhijrah keMadinah, baginda turut mendapati yang kaum Yahudi turut berpuasa pada hari Asyura (atau bagi mereka adalah Yom Kippur yang juga pada hari kesepuluh). Ketika itu, baginda mengesahkan dan mensyariatkan puasa sehingga ia menjadi satu kewajiban kerana baginda merasakan masyarakat Islam lebih dekat dengan Nabi Musa. Ibn Hajar al-asqalani, dalam pernyataannya terhadap Sahih Bukhari mengatakan yang syariat puasa telah dijadikan kepada bulan Ramadhan setahun kemudian. Kini, masyarakat Islam melakukan puasa pada 10 Muharram sebagai amalan sunat dan bukan kewajiban.
Perkara sunat dilakukan pada hari Asyura
Puasa Sunat Asyura dengan niatnya dibaca Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala.
Melapangkan masa / belanja anak dan isteri
Memuliakan fakir miskin
Menahan marah
Menunjukkan jalan yang lurus/membetuli orang sesat/orang yang salah(terpesong aqidah(tauhid) dan akhlaknya)
Menyapu / mengusap kepala anak yatim(menghormati dan memuliakan mereka)
Bersedekah
Memelihara kehormatan diri
Mandi Sunat dengan lafaz niatnya: "Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala."
Bercelak
Membaca Qulhuwallah(Surah Al-Ikhlas) hingga akhir seribu kali
Sembahyang sunat empat rakaat dengan lafaz niat: "Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala. Pada rakaat pertama dan kedua selepas al-Fatihah di baca Qulhuwallah sebelas kali.
Menjamu orang berbuka puasa
[sunting]
Beberapa hadis tentang kafiat puasa Hari Asyura
“ Ibn Abbas (r.a) menceritakan; "Apabila Rasulullah S.A.W datang ke Madinah, baginda melihat orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura, lalu baginda bertanya: "Apakah ini?". Mereka (orang Yahudi) menjawab: "Hari ini adalah hari yang baik kerana pada hari ini Allah menyelamatkan Nabi Musa dan bangsa Israel daripada musuh mereka, maka Musa pun berpuasa". Lalu baginda (Nabi Muhammad) bersabda: "Aku lebih berhak dengan Musa daripada kamu." Baginda (Nabi Muhammad) pun berpuasa dan menyuruh orang ramai supaya berpuasa." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari)
“ Aisyah (r.a) berkata; "Rasulullah S.A.W mengarahkan supaya berpuasa pada Hari Asyura. Apabila puasa bulan Ramadan difardhukan (diwajibkan), siapa yang hendak berpuasa (pada Hari Asyura) maka dia boleh berpuasa dan sesiapa yang hendak berbuka, maka dia boleh berbuka (tidak berpuasa)." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
“ Dari Aisyah (r.a) katanya; "Orang Quraisy di zaman jahilliyah berpuasa pada Hari Asyura dan Rasulullah S.A.W juga berpuasa pada Hari Asyura. Apabila baginda datang ke Madinah, baginda berpuasa pada hari itu dan meyuruh orang ramai berpuasa. Apabila difardhukan kewajipan puasa Ramadan, ditinggalkan puasa pada Hari Asyura lalu baginda bersabda: "Siapa yang mahu, dia boleh berpuasa (sunat Hari Asyura) dan siapa yang tidak mahu berpuasa, dia boleh meninggalkannya." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Berikut seperti diatas adalah hadis sahih mengenai kebolehan mengerjakan atau meninggalkan puasa sunat Hari Asyura. Ibn Hajar Al-asqalani dan Imam Muslim ketika menghuraikan hadis tentang puasa Asyura ini menyatakan ia merupakan sejenis ibadah sunat yang amat dituntut dan digalakkan untuk dikerjakan oleh umat Islam.[3]
Mengikut masyarakat Islam, hari Asyura telah menyaksikan banyak sejarah besar dan keajaiban berlaku ke atas para nabi. Disebabkan itu, masyarakat Islam menghormati hari tersebut seperti juga yang diamalkan oleh Muhammad s.a.w.
Kebiasaan Islam di malaysia buat bubur Asyura dan berpuasa di 10 Muharam
Bubur Asyura yang boleh dipotong
Bubur asyura
Menurut tradisi masyarakat Islam, Nabi Muhammad s.a.w. melakukan puasa Asyura sejak di Makkah lagi memandangkan puasa Asyura merupakan amalan biasa masyarakat tempatan. Apabila baginda berhijrah keMadinah, baginda turut mendapati yang kaum Yahudi turut berpuasa pada hari Asyura (atau bagi mereka adalah Yom Kippur yang juga pada hari kesepuluh). Ketika itu, baginda mengesahkan dan mensyariatkan puasa sehingga ia menjadi satu kewajiban kerana baginda merasakan masyarakat Islam lebih dekat dengan Nabi Musa. Ibn Hajar al-asqalani, dalam pernyataannya terhadap Sahih Bukhari mengatakan yang syariat puasa telah dijadikan kepada bulan Ramadhan setahun kemudian. Kini, masyarakat Islam melakukan puasa pada 10 Muharram sebagai amalan sunat dan bukan kewajiban.
Perkara sunat dilakukan pada hari Asyura
Puasa Sunat Asyura dengan niatnya dibaca Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala.
Melapangkan masa / belanja anak dan isteri
Memuliakan fakir miskin
Menahan marah
Menunjukkan jalan yang lurus/membetuli orang sesat/orang yang salah(terpesong aqidah(tauhid) dan akhlaknya)
Menyapu / mengusap kepala anak yatim(menghormati dan memuliakan mereka)
Bersedekah
Memelihara kehormatan diri
Mandi Sunat dengan lafaz niatnya: "Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala."
Bercelak
Membaca Qulhuwallah(Surah Al-Ikhlas) hingga akhir seribu kali
Sembahyang sunat empat rakaat dengan lafaz niat: "Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala. Pada rakaat pertama dan kedua selepas al-Fatihah di baca Qulhuwallah sebelas kali.
Menjamu orang berbuka puasa
[sunting]
Beberapa hadis tentang kafiat puasa Hari Asyura
“ Ibn Abbas (r.a) menceritakan; "Apabila Rasulullah S.A.W datang ke Madinah, baginda melihat orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura, lalu baginda bertanya: "Apakah ini?". Mereka (orang Yahudi) menjawab: "Hari ini adalah hari yang baik kerana pada hari ini Allah menyelamatkan Nabi Musa dan bangsa Israel daripada musuh mereka, maka Musa pun berpuasa". Lalu baginda (Nabi Muhammad) bersabda: "Aku lebih berhak dengan Musa daripada kamu." Baginda (Nabi Muhammad) pun berpuasa dan menyuruh orang ramai supaya berpuasa." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari)
“ Aisyah (r.a) berkata; "Rasulullah S.A.W mengarahkan supaya berpuasa pada Hari Asyura. Apabila puasa bulan Ramadan difardhukan (diwajibkan), siapa yang hendak berpuasa (pada Hari Asyura) maka dia boleh berpuasa dan sesiapa yang hendak berbuka, maka dia boleh berbuka (tidak berpuasa)." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
“ Dari Aisyah (r.a) katanya; "Orang Quraisy di zaman jahilliyah berpuasa pada Hari Asyura dan Rasulullah S.A.W juga berpuasa pada Hari Asyura. Apabila baginda datang ke Madinah, baginda berpuasa pada hari itu dan meyuruh orang ramai berpuasa. Apabila difardhukan kewajipan puasa Ramadan, ditinggalkan puasa pada Hari Asyura lalu baginda bersabda: "Siapa yang mahu, dia boleh berpuasa (sunat Hari Asyura) dan siapa yang tidak mahu berpuasa, dia boleh meninggalkannya." ”
(Hadis direkodkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Berikut seperti diatas adalah hadis sahih mengenai kebolehan mengerjakan atau meninggalkan puasa sunat Hari Asyura. Ibn Hajar Al-asqalani dan Imam Muslim ketika menghuraikan hadis tentang puasa Asyura ini menyatakan ia merupakan sejenis ibadah sunat yang amat dituntut dan digalakkan untuk dikerjakan oleh umat Islam.[3]
18 November 2012
DOA ORANG YANG DIZALIMI !
Seorang nelayan miskin yang hidupnya menanggung keluarga dengan hasil tangkapan ikan. Malangnya tangkapan ikannya selalu tiada. Hanya menggunakan jala, dia menebarkannya di tepian pantai dengan harapan akan ada ikan yang tersangkut.Beberapa kali dicuba, nampaknya tiada razeki buatnya. Begitulah beberapa hari dan dia tidak berputus asa. Dia mempunyai kesabaran dan tekad berusaha yang tinggi.
Pada suatu hari, dia ke pantai lagi, menebar jala dengan harapan ada ikan yang tersangkut. Beberapa kali dicuba, namun tiada. Namun, dia mencuba juga dengan longlai dan penuh harapan. Lalu, Allah mentakdirkan seekor ikan besar terperangkap dalam jalanya. Alangkah gembiranya melihat ikan besar itu. Sambil menarik ikan tersebut, dia pun membayangkan apa yang akan dilakukan dengan ikan itu.
Akan aku beri makan kepada keluargaku sehingga kenyang. Kepada jiranku juga harus diberikan. Selebihnya barulah aku jualkan. Demikian nelayan itu merencanakan apa yang akan dibuatnya terhadap ikan itu. Razeki yang begitu sukar diperolehi.
Malangnya, ketika itu lalu seorang raja dengan askarnya. Raja itu sangat tertarik melihat ikan besar yang baru diperolehi nelayan itu. Lantas, disuruhnya pengawalnya mendapatkan ikan tersebut dari nelayan. Sudah tentu nelayan itu sangat keberatan. Setelah merasakan bahawa dia tidak dapat mempertahankan ikannya itu dari diambil oleh raja, dia pun meminta harga sebagai bayaran. Dengan angkuh pengawal itu merampas ikan itu dan mengatakan raja tidak membayar harga daripada apa yang dikehendakinya.
Maka, ikan itupun dibawa pergi. Bergenang air mata sang nelayan miskin yang daif dan tak mampu berbuat apa-apa. Haknya dirampas. Kepada siapa hendak dia mengadu? Hanya kepada Allah Tuhan yang satu. Dia pun menadahkan tangan dan berdoa.
Sementara raja itu, dengan senang hati kerana dapat ikan, disuruhnya tukang masak istana segera masakan ikan itu. Ikan besar itu dia seorang yang makan.
Malangnya, beberpa hari setelah makan ikan itu, raja telah dijangkiti satu penyakit aneh. Penyakit itu pada mulanya hanya berupa bengkak pada ibu jarinya. Bengkak itu disertai dengan sakit yang sangat mengganggu keselesaannya. Lama-lama mula bernanah. Tabib istana dipanggil dan setelah dicermati, dia menasihatkan supaya ibu jari kaki raja itu dipotong. Raja enggan menerima nasihat tabib istana dan disuruh carikan ubat untuk sakitnya. Namun ubat tidak ditemui juga walau bermacam ikhtiar diusahakan. Beberapa hari kemudian, tabib istana yang merawatnya memberitahu bahawa penyakit itu telah merebak hingga ke buku lali. Kakinya hendaklah dipotong supaya penyakit tidak merebak ke atas. Raja masih enggan menenerima nasihat tersebut kerana dia sayangkan kakinya. Dia memerintahkan agar dicari tabib lain yang lebih handal.
Seorang tabib dari luar di bawa. Setelah melihat penyakit di kaki raja, dia pun memberitahu bahawa penyakit di kaki raja itu telah merebak hingga ke betis. Kalau tidak dipotong betis, ia akan merebak ke atas lagi. Ketika itu, akurlah sang raja. Lantas betisnya itu pun dipotonglah.
Raja sangat sedih atas kehilangan betisnya. Namun, kesedihannya tidak tamat di situ. Dalam keadaan sugul kerana kehilangan kakinya, tiba-tiba negerinya dilanda gempa. Harta benda dan jiwa banyak yang musnah. Keadaan ini membuatkan raja sangat hairan.Lalu, raja memanggil seorang ulama dan bertanyakan maksud di sebalik semua musibah yang menimpanya itu.
" Tuanku telah menzalimi seseorang", ulama itu membuat rumusan.
" Seingat beta, tidak pernah beta zalimi sesiapa", ujar raja.
" Cuba Tuanku ingat betul-betul, pernahkah tuanku zalimi seseorang?", ulama itu tetap dengan rumusannya.
Maka, ketika mengimbau kembali apa yang telah dilakukannya, raja pun teringat perihal ikan yang dirampasnya dari nelayan. Ketika dia merampas ikan itu, dia tidak merasakan itu satu kezaliman. Apalah harganya seekor ikan.
" Perkara kecil di mata tuanku adalah besar di mata nelayan itu", ulama itu mengingatkan.
Raja itu memerintahkan agar nelayan itu dicari dan dibawa mengadapnya.
" Apa yang telah kamu lakukan setelah ikanmu beta rampas?", raja bertanya kepada nelayan itu.
" Saya tidak lakukan apa-apa", jawab nelayan ketakutan.
" Ceritakan terus terang, kamu tidak akan beta apa-apakan", raja memujuk dan menenangkan nelayan yang ketakutan itu.
Akhirnya nelayan itu pun berkata...
"Setelah ikan itu tuanku rampas, saya hanya mampu berdoa..."
"Apa doamu?", soal raja
Nelayan pun berkata: "Aku hadapkan wajahku kepada Allah dan berkata...
اللهم قد اراني قوته عليّ .. فأرني قوتك عليه
“Ya Allah, sesungguhnya dia telah memperlihatkan kekuatannya atasku...Maka tunjukkanlah kekuatanmu ke atasnya”.
لا تظلمن إذا ما كنت مقتدرا * * * فالظلم ترجع عقباه إلى الندم
تنام عينك والمظلوم منتبه * * * يدعو عليك وعين الله لم تنم
Janganlah kamu berbuat zalim saat kamu berkuasa***Maka kezaliman itu membawa akibat penyesalan
Kamu boleh lenakan mata tetapi yang dizalimi sentiasa berjaga***Dia berdoa ke atasmu dan mata Allah tidak pernah lena.
Pada suatu hari, dia ke pantai lagi, menebar jala dengan harapan ada ikan yang tersangkut. Beberapa kali dicuba, namun tiada. Namun, dia mencuba juga dengan longlai dan penuh harapan. Lalu, Allah mentakdirkan seekor ikan besar terperangkap dalam jalanya. Alangkah gembiranya melihat ikan besar itu. Sambil menarik ikan tersebut, dia pun membayangkan apa yang akan dilakukan dengan ikan itu.
Akan aku beri makan kepada keluargaku sehingga kenyang. Kepada jiranku juga harus diberikan. Selebihnya barulah aku jualkan. Demikian nelayan itu merencanakan apa yang akan dibuatnya terhadap ikan itu. Razeki yang begitu sukar diperolehi.
Malangnya, ketika itu lalu seorang raja dengan askarnya. Raja itu sangat tertarik melihat ikan besar yang baru diperolehi nelayan itu. Lantas, disuruhnya pengawalnya mendapatkan ikan tersebut dari nelayan. Sudah tentu nelayan itu sangat keberatan. Setelah merasakan bahawa dia tidak dapat mempertahankan ikannya itu dari diambil oleh raja, dia pun meminta harga sebagai bayaran. Dengan angkuh pengawal itu merampas ikan itu dan mengatakan raja tidak membayar harga daripada apa yang dikehendakinya.
Maka, ikan itupun dibawa pergi. Bergenang air mata sang nelayan miskin yang daif dan tak mampu berbuat apa-apa. Haknya dirampas. Kepada siapa hendak dia mengadu? Hanya kepada Allah Tuhan yang satu. Dia pun menadahkan tangan dan berdoa.
Sementara raja itu, dengan senang hati kerana dapat ikan, disuruhnya tukang masak istana segera masakan ikan itu. Ikan besar itu dia seorang yang makan.
Malangnya, beberpa hari setelah makan ikan itu, raja telah dijangkiti satu penyakit aneh. Penyakit itu pada mulanya hanya berupa bengkak pada ibu jarinya. Bengkak itu disertai dengan sakit yang sangat mengganggu keselesaannya. Lama-lama mula bernanah. Tabib istana dipanggil dan setelah dicermati, dia menasihatkan supaya ibu jari kaki raja itu dipotong. Raja enggan menerima nasihat tabib istana dan disuruh carikan ubat untuk sakitnya. Namun ubat tidak ditemui juga walau bermacam ikhtiar diusahakan. Beberapa hari kemudian, tabib istana yang merawatnya memberitahu bahawa penyakit itu telah merebak hingga ke buku lali. Kakinya hendaklah dipotong supaya penyakit tidak merebak ke atas. Raja masih enggan menenerima nasihat tersebut kerana dia sayangkan kakinya. Dia memerintahkan agar dicari tabib lain yang lebih handal.
Seorang tabib dari luar di bawa. Setelah melihat penyakit di kaki raja, dia pun memberitahu bahawa penyakit di kaki raja itu telah merebak hingga ke betis. Kalau tidak dipotong betis, ia akan merebak ke atas lagi. Ketika itu, akurlah sang raja. Lantas betisnya itu pun dipotonglah.
Raja sangat sedih atas kehilangan betisnya. Namun, kesedihannya tidak tamat di situ. Dalam keadaan sugul kerana kehilangan kakinya, tiba-tiba negerinya dilanda gempa. Harta benda dan jiwa banyak yang musnah. Keadaan ini membuatkan raja sangat hairan.Lalu, raja memanggil seorang ulama dan bertanyakan maksud di sebalik semua musibah yang menimpanya itu.
" Tuanku telah menzalimi seseorang", ulama itu membuat rumusan.
" Seingat beta, tidak pernah beta zalimi sesiapa", ujar raja.
" Cuba Tuanku ingat betul-betul, pernahkah tuanku zalimi seseorang?", ulama itu tetap dengan rumusannya.
Maka, ketika mengimbau kembali apa yang telah dilakukannya, raja pun teringat perihal ikan yang dirampasnya dari nelayan. Ketika dia merampas ikan itu, dia tidak merasakan itu satu kezaliman. Apalah harganya seekor ikan.
" Perkara kecil di mata tuanku adalah besar di mata nelayan itu", ulama itu mengingatkan.
Raja itu memerintahkan agar nelayan itu dicari dan dibawa mengadapnya.
" Apa yang telah kamu lakukan setelah ikanmu beta rampas?", raja bertanya kepada nelayan itu.
" Saya tidak lakukan apa-apa", jawab nelayan ketakutan.
" Ceritakan terus terang, kamu tidak akan beta apa-apakan", raja memujuk dan menenangkan nelayan yang ketakutan itu.
Akhirnya nelayan itu pun berkata...
"Setelah ikan itu tuanku rampas, saya hanya mampu berdoa..."
"Apa doamu?", soal raja
Nelayan pun berkata: "Aku hadapkan wajahku kepada Allah dan berkata...
اللهم قد اراني قوته عليّ .. فأرني قوتك عليه
“Ya Allah, sesungguhnya dia telah memperlihatkan kekuatannya atasku...Maka tunjukkanlah kekuatanmu ke atasnya”.
لا تظلمن إذا ما كنت مقتدرا * * * فالظلم ترجع عقباه إلى الندم
تنام عينك والمظلوم منتبه * * * يدعو عليك وعين الله لم تنم
Janganlah kamu berbuat zalim saat kamu berkuasa***Maka kezaliman itu membawa akibat penyesalan
Kamu boleh lenakan mata tetapi yang dizalimi sentiasa berjaga***Dia berdoa ke atasmu dan mata Allah tidak pernah lena.
12 November 2012
KEUTAMAAN SOLAT RAWATIB
Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikeranakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib.
Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana sholat fardhu, ingin menjelaskan sebagian dari hadis-hadis berkaitan sholat rawatib secara ringkas:
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
“Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”.
Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)
Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
Dan sesungguhnya at-tathowwu’ di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana sholat fardhu, ingin menjelaskan sebagian dari hadis-hadis berkaitan sholat rawatib secara ringkas:
Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga”. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
“Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya”.
Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)
Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka”. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh”. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
11 November 2012
LARANGAN MEMAKI DAN CERCA
Larangan Memaki dan Mencerca Berhala
Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah (Wafat: 774H)
Tafsir Ibnu Katsir
www.ilmusunnah.com
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki cerca ilah-ilah (sesembahan) yang mereka ibadahi selain Allah, kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.” (Surah al-An’aam, 6: 108)
Huraian dan maksud ayat:
Allah melarang Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan orang-orang yang beriman dari mencaci ilah-ilah (yang sembahan-sembahan) kaum musyrikin, walaupun pada cacian tersebut terdapat kemaslahatan (kebaikan). Ini kerana perbuatan mencaci ilah-ilah kaum musyrikin tersebut memiliki mafsadah (kerosakan) yang jauh lebih besar dari kemaslahatan yang terdapat padanya. Iaitu di mana orang-orang musyrikin itu nanti akan membalas balik setiap cacian tersebut dengan cacian yang lain terhadap Ilah kaum mukminin, sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabb yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Ali B. Abi Thalhah, daripada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang ayat ini:
يا محمد، لتنتهين عن سبك آلهتنا، أو لنهجون ربك، فنهاهم الله أن يسبوا أوثانهم، فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Orang-orang musyrik itu berkata: “Wahai Muhammad, engkau hentikanlah cacianmu terhadap ilah-ilah kami itu, atau kami akan membalas cacian kepada Rabbmu.” Lalu Allah melarang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan orang-orang Mukmin mencaci patung-patung mereka: “kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.”.”
‘Abdurrazzaq mengatakan daripada Ma’mar, daripada Qotadah:
كان المسلمون يسبون أصنام الكفار، فيسب الكفار الله عدوا بغير علم، فأنزل الله: وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Dahulu kaum Muslimin mencaci berhala-berhala orang-orang kafir, lalu orang-orang kafir pun membalas dengan cara mencaci Allah Ta’ala secara melampau-lampau dan tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Lalu Allah menurunkan ayat:
“Dan janganlah kamu memaki cerca ilah-ilah (sesembahan) yang mereka ibadahi selain Allah, kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.”
Dalam Tafsir al-Qurthubi, disebutkan bahawa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
قَالَتْ كُفَّارُ قُرَيْشٍ لِأَبِي طَالِبٍ إِمَّا أَنْ تَنْهَى مُحَمَّدًا وَأَصْحَابَهُ عَنْ سَبِّ آلِهَتِنَا وَالْغَضِّ منها وإما أن إِلَهَهُ وَنَهْجُوَهُ، فَنَزَلَتِ الْآيَةُ
“Orang-orang kafir pernah berkata kepada Abu Thalib (Pak Cik Rasulullah): “Laranglah Muhammad dan para sahabatnya dari memaki dan menghina ilah-ilah (sembahan) kami, atau kami akan membalas balik dengan cara mencaci dan menghina Tuhan-nya.” Maka turunlah ayat ini.” (Tafsir al-Qurthubi, 7/61 – Daar al-Kitaab al-Mishriyah)
Keadaan ini menunjukkan bahawa meninggalkan suatu bentuk kemaslahatan demi menghindari kerosakan yang lebih besar adalah suatu yang didahulukan. Ini antaranya berdasarkan hadis sahih bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الذَّنْبِ أَنْ يَسُبَّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، قَالُوا: وَكَيْفَ يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ
“Termasuk dosa besar adalah orang yang mencaci ayah dan ibunya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang boleh mencaci ayah dan ibunya?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia mencaci ayah seseorang, lalu orang yang ayahnya dicaci tersebut pun mencaci balas ayah orang yang mencaci. Ia mencaci ibu seseorang, lalu orang itu pun mencaci balas ibu orang yang mencaci tersebut.” (Musnad Ahmad, no. 6840. Shahih al-Bukhari, no. 5973)
Faedah Tafsir:
1, Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kaum mukminin dari perbuatan mencaci atau mencerca berhala-berhala orang-orang kafir, kerana Allah mengetahui apabila kaum mukminin mencerca berhala-berhala tersebut maka orang-orang kafir pun akan melawan balas balik dengan cercaan terhadap Allah dan orang-orang kafir itu pun semakin jauh (dari Islam) dan bertambah pula kekufurannya.
2, Kemaslahatan perlu didahulukan berbanding keburukan (mafsadah). Dan kemaslahatan yang kecil perlu ditinggalkan jika boleh menyebabkan timbulnya mafsadah lain atau mafsadah yang jauh lebih besar.
3, Tidak boleh sengaja mencari pasal dengan orang-orang kafir kerana hal itu lebih menenangkan dan lebih mudah membuatkan mereka menerima Islam. Perbuatan sengaja menghina sembahan-sembahan orang-orang kafir boleh mengakibatkan keadaan huru-hara, membangkitkan kemarahan, menyemarakkan kebencian yang tidak sepatutnya berlaku, dan hanya menjauhkan mereka dari memahami Islam.
Wallahu a’lam.
Dicatat oleh Nawawi Bin Subandi
Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah (Wafat: 774H)
Tafsir Ibnu Katsir
www.ilmusunnah.com
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki cerca ilah-ilah (sesembahan) yang mereka ibadahi selain Allah, kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.” (Surah al-An’aam, 6: 108)
Huraian dan maksud ayat:
Allah melarang Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan orang-orang yang beriman dari mencaci ilah-ilah (yang sembahan-sembahan) kaum musyrikin, walaupun pada cacian tersebut terdapat kemaslahatan (kebaikan). Ini kerana perbuatan mencaci ilah-ilah kaum musyrikin tersebut memiliki mafsadah (kerosakan) yang jauh lebih besar dari kemaslahatan yang terdapat padanya. Iaitu di mana orang-orang musyrikin itu nanti akan membalas balik setiap cacian tersebut dengan cacian yang lain terhadap Ilah kaum mukminin, sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Rabb yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia.
Sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Ali B. Abi Thalhah, daripada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang ayat ini:
يا محمد، لتنتهين عن سبك آلهتنا، أو لنهجون ربك، فنهاهم الله أن يسبوا أوثانهم، فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Orang-orang musyrik itu berkata: “Wahai Muhammad, engkau hentikanlah cacianmu terhadap ilah-ilah kami itu, atau kami akan membalas cacian kepada Rabbmu.” Lalu Allah melarang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan orang-orang Mukmin mencaci patung-patung mereka: “kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.”.”
‘Abdurrazzaq mengatakan daripada Ma’mar, daripada Qotadah:
كان المسلمون يسبون أصنام الكفار، فيسب الكفار الله عدوا بغير علم، فأنزل الله: وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Dahulu kaum Muslimin mencaci berhala-berhala orang-orang kafir, lalu orang-orang kafir pun membalas dengan cara mencaci Allah Ta’ala secara melampau-lampau dan tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Lalu Allah menurunkan ayat:
“Dan janganlah kamu memaki cerca ilah-ilah (sesembahan) yang mereka ibadahi selain Allah, kerana nanti mereka akan membalas dengan cara memaki Allah melampau-lampau pula tanpa ilmu.”
Dalam Tafsir al-Qurthubi, disebutkan bahawa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
قَالَتْ كُفَّارُ قُرَيْشٍ لِأَبِي طَالِبٍ إِمَّا أَنْ تَنْهَى مُحَمَّدًا وَأَصْحَابَهُ عَنْ سَبِّ آلِهَتِنَا وَالْغَضِّ منها وإما أن إِلَهَهُ وَنَهْجُوَهُ، فَنَزَلَتِ الْآيَةُ
“Orang-orang kafir pernah berkata kepada Abu Thalib (Pak Cik Rasulullah): “Laranglah Muhammad dan para sahabatnya dari memaki dan menghina ilah-ilah (sembahan) kami, atau kami akan membalas balik dengan cara mencaci dan menghina Tuhan-nya.” Maka turunlah ayat ini.” (Tafsir al-Qurthubi, 7/61 – Daar al-Kitaab al-Mishriyah)
Keadaan ini menunjukkan bahawa meninggalkan suatu bentuk kemaslahatan demi menghindari kerosakan yang lebih besar adalah suatu yang didahulukan. Ini antaranya berdasarkan hadis sahih bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الذَّنْبِ أَنْ يَسُبَّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، قَالُوا: وَكَيْفَ يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ
“Termasuk dosa besar adalah orang yang mencaci ayah dan ibunya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang boleh mencaci ayah dan ibunya?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia mencaci ayah seseorang, lalu orang yang ayahnya dicaci tersebut pun mencaci balas ayah orang yang mencaci. Ia mencaci ibu seseorang, lalu orang itu pun mencaci balas ibu orang yang mencaci tersebut.” (Musnad Ahmad, no. 6840. Shahih al-Bukhari, no. 5973)
Faedah Tafsir:
1, Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kaum mukminin dari perbuatan mencaci atau mencerca berhala-berhala orang-orang kafir, kerana Allah mengetahui apabila kaum mukminin mencerca berhala-berhala tersebut maka orang-orang kafir pun akan melawan balas balik dengan cercaan terhadap Allah dan orang-orang kafir itu pun semakin jauh (dari Islam) dan bertambah pula kekufurannya.
2, Kemaslahatan perlu didahulukan berbanding keburukan (mafsadah). Dan kemaslahatan yang kecil perlu ditinggalkan jika boleh menyebabkan timbulnya mafsadah lain atau mafsadah yang jauh lebih besar.
3, Tidak boleh sengaja mencari pasal dengan orang-orang kafir kerana hal itu lebih menenangkan dan lebih mudah membuatkan mereka menerima Islam. Perbuatan sengaja menghina sembahan-sembahan orang-orang kafir boleh mengakibatkan keadaan huru-hara, membangkitkan kemarahan, menyemarakkan kebencian yang tidak sepatutnya berlaku, dan hanya menjauhkan mereka dari memahami Islam.
Wallahu a’lam.
Dicatat oleh Nawawi Bin Subandi
08 November 2012
REBUTLAH PELUANG SELAGI ADA RUANG TIDAK MESTI WANG!
Dari Anas r.a berkata lapan jenis pahala yang tetap diterima seorang, hamba Allah walaupun dia telah meninggal dunia iaitu:
1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat.
2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya
3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang mambacanya.
4. Orang yang menggali perigi ,selagi ada orang yang menggunakannya
5. Sesiapa yang menanam tanaman selagi ada yang memakannya tidak kira manusia atau haiwan
6. Mereka yang mengajar ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya. Yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Quran maka orang yang mengajarnya akan amendapat pahala selagi
anak itu mengamalkannya
7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristigfar baginya.
8. Guru Al-Quran yang mengajar ilmu kitab suci itu kepada muridnya dan si murid mengamalkan ajaran tersebut tanpa sedikitpun mengurangkan pahalanya.
1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat.
2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya
3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang mambacanya.
4. Orang yang menggali perigi ,selagi ada orang yang menggunakannya
5. Sesiapa yang menanam tanaman selagi ada yang memakannya tidak kira manusia atau haiwan
6. Mereka yang mengajar ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya. Yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Quran maka orang yang mengajarnya akan amendapat pahala selagi
anak itu mengamalkannya
7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristigfar baginya.
8. Guru Al-Quran yang mengajar ilmu kitab suci itu kepada muridnya dan si murid mengamalkan ajaran tersebut tanpa sedikitpun mengurangkan pahalanya.
07 November 2012
AWAS ! ELAKKAN MEMBAZIR KENDALI MAJLIS PERKAHWINAN
" PEMBAZIRAN YANG BERLAKU DI DALAM MAJLIS PERKAHWINAN ZAMAN INI "
Bermegah dan sanggup berhutang demi untuk menjadi raja sehari, perbelanjaan berlebihan. Ayuh kita ubah sahabat semua.
"Sebaik-baik wanita untuk dinikahi itu adalah yang paling rendah maharnya. " (H.R. Ahmad)
TANGGUNGJAWAB ANAK LELAKI KEPADA IBU BAPA SELEPAS KAHWIN
Sahabat yang dimuliakan,
Apabila seorang lelaki Muslim berkahwin ia bertanggungjawab memberi nafkah dan segala keperluan kepada isterinya. Samaada nafkah zahir dan batin dan asas pendidikan Islam. Dengan kadar keperluan mengikut kemampuan suami. Bila dikurniakan anak-anak maka tanggungjawabnya akan bertambah kerana telah menjadi ayah untuk menyara segala keperluan nafkah dan pendidikan anak-anaknya pula.
Walaubagaimana pun ia telah memiliki keluarganya sendiri tetapi tanggungjawab kepada kedua ibu bapanya tidak boleh diabaikan kerana ia masih terikat dengan tanggungjawab tersebut.
Dalam Hadith Sahih Bukhari, seorang lelaki bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. maksudnya :
“Siapakah yang perlu kita hormati dan kasihi selepas Allah dan Nabi?”Jawab Nabi “Ibu kamu”“Selepas itu?”- “Ibu kamu”“Selepas itu?”- “Ibu kamu”Kali ke 4 lelaki itu bertanya, “Selepas itu?”Jawab Nabi “Ayah kamu”
Lihatlah betapa tingginya nilai ibu di dalam Islam. Seorang ibu tidak ada apa cara sekalipun dapat kita membalasnya. Seorang lelaki datang kepada Sayyidian Umar al-Khattab r.a dan berkata, "Saya telah mendokong ibu saya sepanjang tawaf dan haji, sudahkah saya dapat membalas jasa ibu." Jawab Umar r.a., " Kamu belum dapat membalas jasa ibumu walaupun setitis air mata ibumu semasa melahirkanmu."
Hadis di atas menjelaskan selepas Allah dan Rasul-Nya, orang yang perlu dihormati dan dikasihi adalah ibu dan bapa. Bukan setakat menghormati dan mengasihi mereka tetapi segala keperluan hidup ,keselamatan dan hak-hak mereka perlulah di penuhi sekadar kemampuan si anak tadi.
Menurut Al Qurthubi, derhaka kepada kedua orang tua ialah menyalahi perintah keduanya, sebagaimana bakti keduanya bererti mematuhi perintah mereka berdua. Berdasarkan ini jika keduanya atau salah seorang dari mereka menyuruh anaknya, maka anaknya wajib mentaatinya, jika perintah itu bukan maksiat. Meskipun pada asalnya perintah itu termasuk jenis mubah, begitu pula bila termasuk jenis mandub (sunat).
Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah s.a.w. bersabda: Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersama baginda kerana aku ingin mencari redha Allah dan hari akhirat. Tetapi aku datang kesini dengan meninggalkan ibu bapaku dalam keadaan menangis'. Lalu sabda baginda: "Pulanglah kepada mereka. Jadikanlah mereka tertawa seperti tadi engkau jadikan mereka menangis". (Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Jadi perintah ibu atau bapa yang bukan bersifat maksiat atau mempersekutukan Allah, maka kita wajib mentaatinya. Namun jika perintah nya bersifat melawan kehendak dan hukum agama, maka tolaklah dengan cara yang baik.
Sahabat yang dimuliakan,
Seorang wanita apabila telah berkahwin, segala tanggungan dirinya adalah adalah dibawah tanggungan suaminya. Amanah ini terlah diserahkan oleh bapa wanita tadi kepada suaminya.
Bagaimana pandangan Islam kedudukan wanita tersebuat terhadap ibu bapanya?
Islam amat menitik beratkan soal silaturahim, perhubungan sebagai anak dan ibu bapa perlu diteruskan seperti biasa. Wanita kena mentaati suaminya dan diberi keutamaan daripada arahan ibu bapanya kerana tanggungjawab dan ketaatan isteri perlu diberikan kepada suaminya. Walaubagaimana pun Islam melarang suami berlaku tidak adil kepada isterinya jika ada sesuatu keperluan ia ingin membantu ibu bapanya yang susah dan memerlukan bantuan.
Pihak suami perlu ingat bahawa setelah ia mengawini wanita tersebut ibu bapa mertuanya adalah telah menjadi mahramnya dan sama taraf dengan ibu bapanya sendiri. Perlulah diberi kasih sayang dan segala keperluan dan hajat mereka berdua jika mereka terdiri daripada orang miskin perlulah diberi bantuan .
Kedua-duanya (suami dan isteri) wajib berbuat baik kepada kedua orang tua (kedua-dua belah pihak) selagi ada hayatnya di dunia ini. Berbuat baik dalam erti kata menyenangkan hati kedua-duanya dan menjaga serta memberikan apa-apa keperluan mereka. Anak perempuan tidak terlepas tanggungjawab dan berbakti kepada orang tuanya. Jika dia mampu dia juga hendaklah berbuat baik kepada kedua ibu bapanya.
Dalam Islam, lelaki adalah ketua keluarga, sebab itulah anak lelaki diberikan lebih tanggungjawab untuk menyara orang tua nya walaupun selepas berkahwin jika dibandingkan dengan perempuan yang kurang tanggungjawabnya untuk berbuat demikian selepas berumah tangga. Sebab itulah dalam Islam anak lelaki beroleh 1/2 nisbah faraid berbanding dengan anak perempuan, ini menunjukkan betapa Islam menghargai tanggungjawab yang dipikul oleh anak lelaki sebagai ketua keluarga.
Namun pendapat yg mengatakan anak perempuan langsung tidak mempunyai tanggungjawab terhadap ibu bapa selepas berkahwin adalah salah sama sekali. Cuba bayangkan jika ibu bapa itu mempunyai 6 orang anak dan kesemuanya adalah perempuan adakah penat lelah selama mereka membesarkan anak-anaknya langsung tidak akan dihargai anak-anaknya selepas anak-anak tersebut berumah tangga? Ini adalah sesuatu yang tidak adil memandangkan mereka tidak merancang untuk mempunyai anak perempuan semuanya.
Di zaman sekarang telah berubah, semua perempuan telah berkerjaya, seharusnya kedua-duanya anak lelaki dan perempuan sama-sama membantu untuk menyara kedua ibu bapa mereka yang telah tua sebagaimana kedua ibu dan bapa telah menyara mereka semuanya.
Walaubagaimana pun sebelum apa-apa bantuan yang ingin diberikan, isteri perlulah meminta keizinan dan redha daripada suami, sesungguhnya seorang suami yang Mukmin tidak akan menghalang sekiranya isterinya ingin membantu dan memberi khidmat kepada kedua ibu bapanya yang memerlukannya. Isteri perlu faham bahawa redha Allah bergantung kepada redha suami tetapi bagi anak lelaki redha Allah bergantung pada redha ibu bapa.
Sahabat yang dihormati,
Dalam Islam lelaki bujang kena tanggung dosa sendiri apabila sudah baligh
manakala dosa gadis bujang ditanggung oleh bapanya. Lelaki berkahwin kena tanggung
dosa sendiri, dosa isteri, dosa anak perempuan yang belum berkahwin dan dosa
anak lelaki yang belum baligh.
Hukum menjelaskan anak lelaki kena bertanggungjawab ke atas ibu dan bapanya dan sekiranya dia tidak menjalankan tanggungjawabnya maka dosa baginya terutama
anak lelaki yang tua. Manakala seorang perempuan hanya perlu taat kepada suaminya.
Isteri berbuat baik pahala dapat kepadanya kalau buat tidak baik sedang suaminya membiarkan sahaja tidak menasihatinya maka dosanya ditanggung oleh suaminya.
Suami kena bagi nafkah pada isteri, sedangkan pendapatan isteri tidak perlu menanggung nafkah keluarga, walaubagaimana pun isteri boleh membantu meringankan beban suami.
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap empat
wanita ini: isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya (yang belum berkahwin).
Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh empat orang lelaki iaitu suaminya, ayahnya (jika belum berkahwin), anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana-mana pintu
Syurga yang disukainya cukup dengan empat syarat sahaja:
1. sembahyang lima waktu,
2. puasa di bulan Ramadhan,
3. taat suaminya dan
4. menjaga kehormatannya.
Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah dan berdakwah dijalan Allah untuk mendapat redha Allah, tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Sahabat,
Keruntuhan rumahtangga dan penceraian yang banyak berlaku di dalam masyarakat kita adalah berpunca daripada pasangan suami isteri yang tidak memahami hukum-hukum Islam. Mereka tidak memahami hak-hak sebagai suami atau isteri. Mereka meletakkan nilai kebendaan dan hawa nafsu dihadapan dan meninggalkan nilai iman dan taqwa sebagai nilai hidup mereka. Penceraian boleh berlaku hanya berpunca daripada perkara kecil yang boleh diselesaikan dengan mudah bila ada iman dan pemikiran yang resional.
Jika suami faham bahawa kesabaran, lemah lembut dan bertolak ansur itu adalah akhlak yang ditunjukkan Nabi s.a.w. ketika berada di dalam perselishan pendapat dengan isteri maka si suami akan mengutamakan akhlak ini kerana sungguh besar pahalanya disisi Allah s.w.t.
Dan juga kalaulah si isteri fahan bahawa betapa besarnya dosa derhaka kepada suami dan tidak akan dapat mencium bau Syurga, maka si isteri akan memilih untuk bersabar dan bertolak ansur semata-mata mencari redha Allah. Perlu diingat perasaan marah, keluarkan suara yang tinggi dihadapan suami, mengeluarkan kata-kata kesat dan ungkit mengungkit perkara lama adalah dari dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan. Syaitan memang suka perpecahan dikalangan keluarga Islam kerana dengan perpecahan ini banyak perkara-perkara negatif akan berlaku.
Kedua ibu bapa samaada di pihak suami atau isteri perlulah menjadi penasihat dan pendamai yang baik bukannya menjadi batu api untuk merosakkan rumah tangga yang telah dibina. Ibu bapa yang menjadi pemusnah rumah tangga bahagia anak mereka sendiri adalah mereka-mereka yang melakukan dosa besar dan menempah tempat duduknya di Neraka, nauzubillah. Sebagai orang tua perlu bersikap positif dan tidak boleh menyebelahi mana-mana pihak jika berlaku perselisihan. Yang penting damaikanlah kerana sifat membantu dan memulihkan suasana tegang adalah sifat ibu bapa yang beriman dan bertaqwa.
Posted by abubasyer
Apabila seorang lelaki Muslim berkahwin ia bertanggungjawab memberi nafkah dan segala keperluan kepada isterinya. Samaada nafkah zahir dan batin dan asas pendidikan Islam. Dengan kadar keperluan mengikut kemampuan suami. Bila dikurniakan anak-anak maka tanggungjawabnya akan bertambah kerana telah menjadi ayah untuk menyara segala keperluan nafkah dan pendidikan anak-anaknya pula.
Walaubagaimana pun ia telah memiliki keluarganya sendiri tetapi tanggungjawab kepada kedua ibu bapanya tidak boleh diabaikan kerana ia masih terikat dengan tanggungjawab tersebut.
Dalam Hadith Sahih Bukhari, seorang lelaki bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. maksudnya :
“Siapakah yang perlu kita hormati dan kasihi selepas Allah dan Nabi?”Jawab Nabi “Ibu kamu”“Selepas itu?”- “Ibu kamu”“Selepas itu?”- “Ibu kamu”Kali ke 4 lelaki itu bertanya, “Selepas itu?”Jawab Nabi “Ayah kamu”
Lihatlah betapa tingginya nilai ibu di dalam Islam. Seorang ibu tidak ada apa cara sekalipun dapat kita membalasnya. Seorang lelaki datang kepada Sayyidian Umar al-Khattab r.a dan berkata, "Saya telah mendokong ibu saya sepanjang tawaf dan haji, sudahkah saya dapat membalas jasa ibu." Jawab Umar r.a., " Kamu belum dapat membalas jasa ibumu walaupun setitis air mata ibumu semasa melahirkanmu."
Hadis di atas menjelaskan selepas Allah dan Rasul-Nya, orang yang perlu dihormati dan dikasihi adalah ibu dan bapa. Bukan setakat menghormati dan mengasihi mereka tetapi segala keperluan hidup ,keselamatan dan hak-hak mereka perlulah di penuhi sekadar kemampuan si anak tadi.
Menurut Al Qurthubi, derhaka kepada kedua orang tua ialah menyalahi perintah keduanya, sebagaimana bakti keduanya bererti mematuhi perintah mereka berdua. Berdasarkan ini jika keduanya atau salah seorang dari mereka menyuruh anaknya, maka anaknya wajib mentaatinya, jika perintah itu bukan maksiat. Meskipun pada asalnya perintah itu termasuk jenis mubah, begitu pula bila termasuk jenis mandub (sunat).
Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah s.a.w. bersabda: Dari Abdullah bin Amr, ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, aku datang untuk berjihad bersama baginda kerana aku ingin mencari redha Allah dan hari akhirat. Tetapi aku datang kesini dengan meninggalkan ibu bapaku dalam keadaan menangis'. Lalu sabda baginda: "Pulanglah kepada mereka. Jadikanlah mereka tertawa seperti tadi engkau jadikan mereka menangis". (Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Jadi perintah ibu atau bapa yang bukan bersifat maksiat atau mempersekutukan Allah, maka kita wajib mentaatinya. Namun jika perintah nya bersifat melawan kehendak dan hukum agama, maka tolaklah dengan cara yang baik.
Sahabat yang dimuliakan,
Seorang wanita apabila telah berkahwin, segala tanggungan dirinya adalah adalah dibawah tanggungan suaminya. Amanah ini terlah diserahkan oleh bapa wanita tadi kepada suaminya.
Bagaimana pandangan Islam kedudukan wanita tersebuat terhadap ibu bapanya?
Islam amat menitik beratkan soal silaturahim, perhubungan sebagai anak dan ibu bapa perlu diteruskan seperti biasa. Wanita kena mentaati suaminya dan diberi keutamaan daripada arahan ibu bapanya kerana tanggungjawab dan ketaatan isteri perlu diberikan kepada suaminya. Walaubagaimana pun Islam melarang suami berlaku tidak adil kepada isterinya jika ada sesuatu keperluan ia ingin membantu ibu bapanya yang susah dan memerlukan bantuan.
Pihak suami perlu ingat bahawa setelah ia mengawini wanita tersebut ibu bapa mertuanya adalah telah menjadi mahramnya dan sama taraf dengan ibu bapanya sendiri. Perlulah diberi kasih sayang dan segala keperluan dan hajat mereka berdua jika mereka terdiri daripada orang miskin perlulah diberi bantuan .
Kedua-duanya (suami dan isteri) wajib berbuat baik kepada kedua orang tua (kedua-dua belah pihak) selagi ada hayatnya di dunia ini. Berbuat baik dalam erti kata menyenangkan hati kedua-duanya dan menjaga serta memberikan apa-apa keperluan mereka. Anak perempuan tidak terlepas tanggungjawab dan berbakti kepada orang tuanya. Jika dia mampu dia juga hendaklah berbuat baik kepada kedua ibu bapanya.
Dalam Islam, lelaki adalah ketua keluarga, sebab itulah anak lelaki diberikan lebih tanggungjawab untuk menyara orang tua nya walaupun selepas berkahwin jika dibandingkan dengan perempuan yang kurang tanggungjawabnya untuk berbuat demikian selepas berumah tangga. Sebab itulah dalam Islam anak lelaki beroleh 1/2 nisbah faraid berbanding dengan anak perempuan, ini menunjukkan betapa Islam menghargai tanggungjawab yang dipikul oleh anak lelaki sebagai ketua keluarga.
Namun pendapat yg mengatakan anak perempuan langsung tidak mempunyai tanggungjawab terhadap ibu bapa selepas berkahwin adalah salah sama sekali. Cuba bayangkan jika ibu bapa itu mempunyai 6 orang anak dan kesemuanya adalah perempuan adakah penat lelah selama mereka membesarkan anak-anaknya langsung tidak akan dihargai anak-anaknya selepas anak-anak tersebut berumah tangga? Ini adalah sesuatu yang tidak adil memandangkan mereka tidak merancang untuk mempunyai anak perempuan semuanya.
Di zaman sekarang telah berubah, semua perempuan telah berkerjaya, seharusnya kedua-duanya anak lelaki dan perempuan sama-sama membantu untuk menyara kedua ibu bapa mereka yang telah tua sebagaimana kedua ibu dan bapa telah menyara mereka semuanya.
Walaubagaimana pun sebelum apa-apa bantuan yang ingin diberikan, isteri perlulah meminta keizinan dan redha daripada suami, sesungguhnya seorang suami yang Mukmin tidak akan menghalang sekiranya isterinya ingin membantu dan memberi khidmat kepada kedua ibu bapanya yang memerlukannya. Isteri perlu faham bahawa redha Allah bergantung kepada redha suami tetapi bagi anak lelaki redha Allah bergantung pada redha ibu bapa.
Sahabat yang dihormati,
Dalam Islam lelaki bujang kena tanggung dosa sendiri apabila sudah baligh
manakala dosa gadis bujang ditanggung oleh bapanya. Lelaki berkahwin kena tanggung
dosa sendiri, dosa isteri, dosa anak perempuan yang belum berkahwin dan dosa
anak lelaki yang belum baligh.
Hukum menjelaskan anak lelaki kena bertanggungjawab ke atas ibu dan bapanya dan sekiranya dia tidak menjalankan tanggungjawabnya maka dosa baginya terutama
anak lelaki yang tua. Manakala seorang perempuan hanya perlu taat kepada suaminya.
Isteri berbuat baik pahala dapat kepadanya kalau buat tidak baik sedang suaminya membiarkan sahaja tidak menasihatinya maka dosanya ditanggung oleh suaminya.
Suami kena bagi nafkah pada isteri, sedangkan pendapatan isteri tidak perlu menanggung nafkah keluarga, walaubagaimana pun isteri boleh membantu meringankan beban suami.
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap empat
wanita ini: isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya (yang belum berkahwin).
Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh empat orang lelaki iaitu suaminya, ayahnya (jika belum berkahwin), anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana-mana pintu
Syurga yang disukainya cukup dengan empat syarat sahaja:
1. sembahyang lima waktu,
2. puasa di bulan Ramadhan,
3. taat suaminya dan
4. menjaga kehormatannya.
Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah dan berdakwah dijalan Allah untuk mendapat redha Allah, tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Sahabat,
Keruntuhan rumahtangga dan penceraian yang banyak berlaku di dalam masyarakat kita adalah berpunca daripada pasangan suami isteri yang tidak memahami hukum-hukum Islam. Mereka tidak memahami hak-hak sebagai suami atau isteri. Mereka meletakkan nilai kebendaan dan hawa nafsu dihadapan dan meninggalkan nilai iman dan taqwa sebagai nilai hidup mereka. Penceraian boleh berlaku hanya berpunca daripada perkara kecil yang boleh diselesaikan dengan mudah bila ada iman dan pemikiran yang resional.
Jika suami faham bahawa kesabaran, lemah lembut dan bertolak ansur itu adalah akhlak yang ditunjukkan Nabi s.a.w. ketika berada di dalam perselishan pendapat dengan isteri maka si suami akan mengutamakan akhlak ini kerana sungguh besar pahalanya disisi Allah s.w.t.
Dan juga kalaulah si isteri fahan bahawa betapa besarnya dosa derhaka kepada suami dan tidak akan dapat mencium bau Syurga, maka si isteri akan memilih untuk bersabar dan bertolak ansur semata-mata mencari redha Allah. Perlu diingat perasaan marah, keluarkan suara yang tinggi dihadapan suami, mengeluarkan kata-kata kesat dan ungkit mengungkit perkara lama adalah dari dorongan hawa nafsu dan bisikan syaitan. Syaitan memang suka perpecahan dikalangan keluarga Islam kerana dengan perpecahan ini banyak perkara-perkara negatif akan berlaku.
Kedua ibu bapa samaada di pihak suami atau isteri perlulah menjadi penasihat dan pendamai yang baik bukannya menjadi batu api untuk merosakkan rumah tangga yang telah dibina. Ibu bapa yang menjadi pemusnah rumah tangga bahagia anak mereka sendiri adalah mereka-mereka yang melakukan dosa besar dan menempah tempat duduknya di Neraka, nauzubillah. Sebagai orang tua perlu bersikap positif dan tidak boleh menyebelahi mana-mana pihak jika berlaku perselisihan. Yang penting damaikanlah kerana sifat membantu dan memulihkan suasana tegang adalah sifat ibu bapa yang beriman dan bertaqwa.
Posted by abubasyer